BUDAK ROKOK
(Hembusan Asap Tak Berguna)
Oleh: Cak Mun*
Jauhilah lima karang yang akan membawa hidupmu kedalam kebinasaan:
Karang berjudi karena akan membuatmu hidup sengsara, minuman keras yang akan membuat otakmu rusak, bermain perempuan yang akan membuat hidup dalam kehinaan, tidur yang berlebihan karena akan membuatmu dalam kemalasan, merokok yang akan membuat hidupmu candu.
(Wasiat Lard Baden Powwel, Pendiri Gerakan Pramuka se-Dunia kepada muridnya sebelum meninggal dunia )
Anda Tidak Sadar Kalau Anda Sedang Di Perbudak Rokok, Tinggalkan Segera Sebelum Engkau Menyesal Seumur Hidupmu.
Racun yang di motif, dan di bungkus sedemikian rupa ya…rokok itulah dia.
Banyak yang tidak disadari manusia pada umumnya bahwa mereka sedang di perbudak sesuatu yang membawa mereka pada kerugian, sesuatu yang dianggap mereka biasa dan lumrah justru yang akan mengantarkan mereka pada kerugian fisik, psikis maupun materi.
Dan pada dasarnya segala sesuatu yang membebani seseorang, maka secara tidak langsung juga dia sedang diperbudak, segala hal yang membuat hidupnya tidak tenang di rundung kegelisahan dan kecemasan oleh sesuatu, maka sesuatu itulah kalau kita sadari yang sedang memperbudak kita.
Memang sangat naïf sekali kalau manusia tidak menyadari akan kondisi yang sedang terjadi pada dirinya, seandainya mereka paham sepenuhnya tentang apa itu makna dari arti budak.
Budak tidak condong kepada suatu bentuk pemerasan, penganiayaan, dan perlakuan yang semena-mena. Kalau kita pahami secara akal kita dengan baik, manakalah manusia di bebani sesuatu yang membawanya pada jurang kehancuran hidup maka disinilah perbudakan berlaku.
Kira-kira manusia menyadari tidak akan hal ini ? sebab sesuatu yang tidak kita pahami sepenuhnya terkadang akan membawa kita kepada keterlenaan dan kelalaian untuk selalu merasakannya.
Dari sekian banyak bentuk dari perbudakan yang ada, ada satu perbudakan yang selalu meghantui hari-hari kita, yaitu kita sedang di perbudak rokok, batang yang berasap ini sungguh besar sekali pengaruhnya terhadap kelangsungan hidup kita nanti, walaupun kita menganggap hal itu bukan suatu pelanggaran hidup, namun sungguh dampak negative yang di timbulkan begitu nyata dirasakan dalam kehidupan kita sehari-hari.
Dari segi materi, rokok sangatlah berpengaruh sekali terhadap pola penggunaan kebutuhan hidup kita, baik dari segi biaya maupun harganya. Karena sekali orang menghisap maka efek yang akan terjadi yaitu candu yang merugikan, sehingga kalau kita tidak menghisapnya maka hidup kita tidak tenang dan gelisah. Dengan adanya hal yang demikian keinginan untuk selalu mengkonsumsi dan membeli selalu memaksa kita untuk melakukannya.
Bukti yang nyata sudah banyak, penulis sempat berbincang-bincang dengan orang yang sudah candu terhadap rokok, mustahil rasanya untuk meninggalkannya, setiap hari walaupun saya perhatikan hidupnya begitu santai, dan enjoy namun kegundahan bathin yang dia rasakan begitu mendalam, dalam benak hati sanubarinya ingin sekali meninggalkannya namun lagi-lagi candu yang sulit dihilangkan.
Penulis sempat menanyakan berapa bungkus rokok setiap hari yang di konsumsi, dia menjawab kira-kira 3 bungkus, setiap satu bungkus seharga 6000 rupiah, berarti kalau kita kalikan 6000 x 3 maka 18000 (Delapan belas ribu) setiap harinya dia habiskan untuk rokok, coba kalau kita kali 18000 dalam satu minggu, sudah berapa? dalam satu bulan akan lebih besar lagi terlebih dalam satu tahun dan beberapa tahun. Sungguh hal ini sangat merugikan kita semua.
Seandainya uang itu kita gunakan untuk hal yang bermanfaat tentu sangat bagus sekali, terlebih buat sesuatu yang lain, kita tabung misalnya untuk masa depan kita, biaya sekolah, biaya hidup, bahkan kalau uang dari jatah rokok itu kita tabung dalam beberapa tahun, tidak mustahil kita bisa naik haji.
Dalam beberapa penelitian yang diungkapkan dengan data-data yang akurat terbukti bahwa rokok dapat membuat kehidupan ekonomi seseorang berantakan terlebih mereka yang hidup pas-pasan, dara beberapa sumber yang ditemukan, hal ini pernah menjadi pusat penelitian tentang “Pengaruh Rokok Terhadap Kemakmuran Ekonomi Masyarakat Indonesia”. Dari hasil yang diteliti dibuktikan bahwa seandainya masyarakat Indonesia menggunakan uang jatah rokok atau ditabung untuk masa depan, maka kehidupan masyarakat akan sejahtera, tidak akan ada pengangguran karena lapangan kerja yang tersedia mencukupi, modal usaha tersedia, dan terlebih segala kebutuhan masyarakat bisa teratasi.
Yang lebih membuat kita tercengang adalah dari beberapa penelitian yang ada, seandainya uang jatah rokok di kalkulasikan dalam tempo antara dua tahun sampai tiga tahunan, ternyata uang jatah tersebut mampu untuk naik haji satu atau bahkan dua kali, bisa dibayangkan. Karena memang uang yang di keluarkan untuk rokok relatif banyak, ya… coba satu hari 3 bungkus, kalau 4 sampai 5 bungkus kan lain lagi ceritanya.
Al-Quran menegaskan dengan ayat berikut :
Hai orang-orang yang beriman belanjakanlah sebagian rizki yang telah kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan persahabatan yang akrab dan tidak ada lagi syafa’at. Dan orang-orang kafir itulah orang yang zalim
(Q.S Al-Baqarah : 254).
Pada jaman Rasulullah rokok memang tidak ada, namun pada jaman sekarang hanyalah buatan dari akal manusia saja, yang pengunaannya hanyalah sebatas memuaskan individu belaka.
Di dalam Al-Quran memang kita tidak akan menemukan ayat yang melarang kita untuk merokok, namun kalau kita perhatikan dari beberapa cuplikan ayat demi ayat, maka kita akan menemukan ayat yang sangat erat sekali hubungannya dengan larangan merokok ini.
Merokok termasuk pemborosan dan pemborosan termasuk perbuatan syaitan, hal ini di jelaskan di dalam Al-Quran:
“Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan hartamu secara boros, sesungguhnya pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan (Al-Isra: 26), singkatnya teman syaitan ya… di neraka.
Seperti sabda Rasulullah dalam sebuah hadisnya:
“ Dan Allah tidak suka (benci) kepada kamu kalau membuang-buang harta (Mutahafaqan’alaih).
kata kariha/karahatun dalam Al-Quran dan Al-Hadis dan pemahaman ulama salaf berarti “Haram”, kalau di benci Allah berarti jangan harap kita dapatkan Rahmat-Nya.
Jadi buat apa kita merokok, mari tinggalkan sebelum nanti anda akan merasakan penyesalan yang mendalam.
Kalau kita tengok dari segi kesehatan, rokok sangat menggangu kesehatan tubuh manusia,
Kandungan yang tersimpan di dalam rokok sangat mematikan sekali, TAR dan NIKOTIN dua zat kimia ini berdasarkan penelitian seluruh pakar kesehatan dunia, sangat mematikan sekali, terlebih mengkonsumsinya terlalu berlebihan seluru sel tubuh kita akan habis digerogoti dan timbul penyakit yang mematikan, kanker dan lain sebagainya. Serta masih banyak kandungan-kandungan yang sangat berbahaya yang penulis tidak mungkin menyebutnya satu persatu (selebihnya hubungi rumah sakit atau klinik kesehatan terdekat, lihat dan perhatikan dengan seksama).
Anda mungkin sering membaca di setiap bungkus rokok tertulis “Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, dan gangguan kehamilan”, kata-kata ini jangan dianggap main-main, banyak sudah bukti yang nyata, beberapa pakar kesehatan mengungkapkan tentang penyebab yang nyata yang bisa di lihat kasat mata bagi orang yang menkonsumsi rokok, diantaranya, perokok akan terlihat keriput dari segi pertumbuhan kulit, bibir menghitam, muka kusam, pertumbuhan hormon lambat, nafas semakin berkurang (coba tengok perokok ketika lari pasti akan cepat mengalami kecapean yang sangat ), detak jantung tidak stabil, peredaran darah kurang berjalan dengan baik, gangguan penglihatan (rabun) dan lain sebagainya. Itu dilihat perindividu, belum lagi bagi orang lain. Secara tegas Al-Quran memperingatkan kita dengan ayat berikut:
“Hai orang yang beriman makanlah di antara rizki yang baik-baik yang kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada-Nya kamu menyembah (Q.S Al-Baqarah : 172).
Anda mungkin menyaksikan ketika perayaan piala dunia 2006 kemarin, mengapa ada peraturan yang menerapkan larangan merokok di lapangan, walaupun bagi pelatih, jawabannya sangat singkat karena rokok dapat menimbulkan gangguan sesak nafas pada orang lain, asap yang di timbulkan menyebabkan detak pernafasan tidak normal.
Sekitar dua tahun yang lalu, di kabarkan sebuah Koran harian, seorang kakek meninggal ketika menumpangi angkutan umum yang disebabkan asap rokok yang memenuhi ruangan penumpang. Dari gambaran diatas jelas rokok merupakan sesuatu yang sangat mengganggu bagi orang lain, dalam hal ini Rasulullah bersabda :
“Tidak sempurna iman seseorang diantara kalian sehingga ia tidak menjadikan muslim yang lainnya seperti anggota badannya sendiri” (HR. Bukhari).
Dilihat dari segi pengunaannya rokok merupakan sesuatu yang banyak mendatangkan madharat besar dari pada manfaatnya, apa yang dihasilkan dari asap, apakah anda bertambah gemuk, berat badan anda menjadi bertambah, badan anda bugar, tentu tidak, belum pernah kita temukan perokok yang memiliki kriteria tersebut selama seumur-umur, bahkan bagi para Atlit hal yang demikian jelas sebagai larangan yang keras.
Dalam Al-Quran dijelaskan melalui ayat berikut:
Mereka bertanya kepadamu tentang khamr dan judi, katakanlah : “pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya. Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah : yang lebih dari keperluan. ‘demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir
(Q.S Al-Baqarah : 219).
Khamr dan judi dalam ayat tersebut bisa kita umpamakan seperti halnya rokok yang bisa membuat manusia mabuk dan lalai, jadi jangan ada alasan kita tidak menyangkut pautkan urusan rokok dengan khamr dan judi, tapi mari kita lihat dari efek yang di timbulkan, ayat dalam al-quran bukan dipatri begitu saja, mentang-mentang rokok tidak di bahas, lalu kita menolak apa yang digambarkan al-quran dengan kiasan lain, oh….jelas tidak.
Jadi sungguh jelas sudah gambaran diatas, kalau anda masih belum jera, pribadi anda perlu dipertanyakan, waras tidak, ngelindur tidak, atau terlebih eror pikiran anda, wong sudah dirinci jelas bahayanya masih saja, itu sama saja orang yang sudah dikasih tahu, eh… awas ada lubang masih saja acuh ya…sudah terperosok kedalam.
Aturan yang melarang merokok disembarang tempat sudah mulai berlaku, di Jakarta orang yang merokok sembarangan akan di kenakan denda, di Negara Malaysia sampai bisa masuk penjara beberapa bulan.
Peraturan yang di terapkan beberapa lembaga termasuk pesantren tentang larangan keras bagi santrinya merokok sungguh masuk akal sekali, karena dilihat dari kaca mata sosial rokok merupakan sesuatu yang mengganggu dan pengunanya condong kepada hal yang tidak terpuji, jarang di temukan orang yang rokok sopan dan santun dalam berinteraksi sosial, bukti sudah banyak kebanyakan mereka yang merokok condong bergaya, neko-neko, slengean, amburadul dan macam-macam gaya kampungan lainnya.
Maka dari itu aturan yang melarang merokok di pondok buka sekedar di buat-buat dan mengada-ada, tetapi memang semuanya berdasarkan prinsip yang ada pada agama Islam.
Sangsi yang keras terhadap pelanggar saya kira wajar-wajar saja, karena bahaya yang ditimbulkan pun begitu besar bagi diri sendiri, orang lain dan lingkungan sekitar yang menyebabkan polusi udara.
Pondok melarang santrinya merokok sangatlah logis, karena tujuan para santri datang ke pesantren tak lain hanyalah untuk menuntut ilmu, bukan untuk berneko-neko dan boros dalam mengunakan kebutuhan hidupnya, di pesantren semua di tuntut untuk hidup mandiri dan hidup berdisiplin. Jadi jangan heran kalau ada santri yang di keluarkan pondok gara-gara rokok, menurut hemat saya sangatlah wajar.
Menurut banyak riwayat, malaikat tidak akan mau mendekati orang yang merokok karena asap yang di timbulkan sangat menggangu, dan menurut beberapa Qaul ulama malaikat melaknati orang yang merokok.
Sekarang banyak timbul pertanyaan di benak orang, mengapa rokok dilarang, katanya rokok bisa membuat orang terhambat menuju masa depan yang cerah, tapi mengapa banyak ustad, pejabat, bahkan orang-orang yang sukses justru merokok ?, memang ini kadang-kadang penyakit manusia selalu bercermin pada keburukan, tidak bercermin pada dirinya sendiri, siapa saya? apa kedudukan saya, sudah sukseskah saya?. Bagi mereka yang sudah terlanjur kita tidak boleh mengikuti jejaknya, biarkan saja mereka, anda tidak melihat perasaan bathinnya, kelihatannya tenang, santai enjoy, tapi mereka merasakan suatu tekanan yang luar biasa di dalam jiwanya.
Sudahlah tidak usah menengok ke pejabat, orang sukses, ustad yang merokok tapi di katakan sukses menurut kita, kita hanya bilang belum waktunya, tunggu saja waktu penyesalan bagi mereka, entah itu ketika tua ataupun ketika mendekati ajal, pasti akan menyesal, mengapa saya dulu merokok….batuk-batuk, kurus lemah tak bertenaga.
Ada lagi pertanyaan yang unik, mengapa kalau rokok di larang tidak pabriknya saja yang ditutup, kan lebih masuk akal, secara logika kalau dapur ditutup orang tak akan bisa makan begitukan. Lagi-lagi kita mempermasalahkan sesuatu yang nyelimet dan rumit untuk di bahas, kalau pabrik rokok di tutup mau makan apa orang madura, bisa-bisa demo besar-besaran, sudah biarkan saja yang terpenting kita tidak terjerumus, masalah penutupan pabrik itu urusan pemerintah bukan urusan kita, sukses dulu, jadi orang besar dulu baru kita mikir kesana, belum jadi apa-apa sudah mikirnya setinggi langit ya…..pantas saja eror otaknya.
Coba kita tengok orang yang perokok dengan mereka yang anti rokok lebih tenang mana hidupnya, tidak terbebani, merdeka tidak di perbudak dan hidup penuh dengan ceria dan bahagia.
Ada perkataan dari sebagian mereka yang smoker, lebih baik tidak makan dari pada tidak rokok, secara spontan penulis langsung nyeletuk baik kalu begitu bisa buktika dari sekarang hisap rokokmu terus jangan coba-coba makan, eh ternyata omong kosong lapar ya… tetap saja lapar…tidak ngefek rokok itu, yang ngefek Parto, Ayam goreng, Bubur kacang ijo, Roti, itu ngefek ketubuh kita sudah murah terjangkau lagi.
Ada beberapa orang yang menyesal tidak mau merokok lagi dan berhasil di selamatkan, bagaimana caranya. Menurut beberapa pengalaman penulis yang di dapatkan, konon katanya kalau anda ingin berhenti merokok maka sebagai gantinya anda cukup mengemut-emut permen yang menthol dan permen yang pedas, selanjutnya katanya kalau timbul pikiran merokok segera pikirkan bahwa itu racun yang akan membunuh kita secara perlahan dan tak lupa kita berdoa dan minta pertolongan Allah supaya kita di selamatkan.
Selamat bertobat dan insaf dari rokok, semuanya, yang tua, muda, besar, kecil, kurus, gemuk, berkumis, berjenggot, botak, gondrong semuaaaanya mari jauhi rokok mulai detik ini. Insya Allah anda akan menuai hari esok yang lebih cerah.
Kalau anda masih kurang percaya dan yakin, tolong baca potongan Koran yang diambil dari Jawa Pos. bahwa peraturan Merokok sangatlah ketat.
Penulis adalah Koordinator Jiper
Bagi anda yang merasa pro dengan rokok tolong berikan balasan dan gugatan anda yang berupa tulisan ke redaksi kami (perkantoran Pusdilam), Insya Allah akan kami balas.
ISLAM GADUNGAN
(Kritik Atas Pribadi Muslim)
Oleh: Cak Mun*
Saya temukan islam di barat tanpa kaum muslim
Tapi saya temukan muslim di timur tanpa islam
(Muhammad Abduh)
Kehidupan Rasulullah merupakan contoh yang baik bagi manusia. Beliau melakukan shalat dengan khusyuk, menangis dan lama berdiri sehingga kedua kakinya menjadi bengkak, dalam masalah kebenaran ia tidak mempedulikan seseorang demi mencari keridhaan Allah.
Tetapi, dalam kehidupan dan hubungannya dengan orang lain, beliau adalah manusia biasa yang yang sangat cinta kepada kebaikan. Wajahnya berseri- seri dan tersenyum, bergembira dan tidak mau berkata kecuali yang benar.
Ia tidak suka susah dan yang membawa kesusahan, seperti berhutang dan hal-hal yang menyebabkan orang bisa payah, serta selalu meminta perlindungan kepada Allah dari perbuatan yang tidak baik.Di dalam doanya beliau mengatakan
“Ya Tuhanku! Sesungguhnya aku minta perlindungan kepada-Mu dari duka dan susah.”
(HR Abu Daud).
Pada awalnya Islam yang hadir ke muka bumi ini tak lain hanyalah sebagai agama yang membawa misi Rahmatanlil’alamin yang tugas utamanya adalah menyampaikan sebuah ajaran yang rasional, namun abad berganti abad islam semakin mengalami kemunduran di bidang moral dan tatanan sosial, berbagai macam prilaku yang bertentangan dengan ajaran islam itu sendiri, kasus demi kasus kerap kali terdengar ditelinga kita yang membuat malu dunia islam pada umumnya, prilaku yang tidak mencerminkan sikap sosial yang tinggi antar manusia menjadikan islam sebagai agama yang tidak lagi dikenal agama yang toleran dan menghormati hak sesama.
Pelanggaran yang dianggap kecil dan remeh inilah justru membuat islam menjadi agama yang terpuruk dan diinjak-injak agama lain, menjadi bahan hujatan dan kritikan agama lain.
Akan tetapi kita harus sadar sepenuhnya bahwa Rasulullah diutus kebumi ini tak lain hanya untuk menyempurnakan akhlaq manusia.
“Sesungguhnya aku di utus kemuka bumi tak lain hanya untuk menyempurnakan ahlak manusia” (HR. Bukhari).
Sekitar empat belas abad yang lalu islam hadir kepermukaan bumi ini dengan segala ajaran yang sangat masuk akal, setiap ajaran tak lain hanyalah untuk menyerukan ibadah kepada sang penciptanya baik dari segi vertikal maupun horizontal, kepada Allah langsung maupun berbuat baik sesama manusia.
Namun seiring perkembangan jaman yang semakin deras islam kembali mendapat tantangan yang luar biasa, terutama dari segi moral dan akidah, kehidupan yang mencerminkan islam untuk saling menolong dan mengormati antar sesama akhir-akhir ini sudah mulai luntur. Ditambah lagi sikap mereka dalam beribadah kepada tuhannya serta menyikapi kebersihan yang merupakan ajaran nomer pertama dalam islam, coba anda sekalian lihat dalam buku-buku maupun kitab-kitab yang dikarang poleh para alim ulama islam, semua isi buku dan kitab yang berkenaan dengan masalah ibadah maupun kesehatan pasti akan dimulai dengan bab kebersihan (taharah), silahkan buka buku dan kitab fikih anda.
Ternyata hal yang seperti ini mendapat perhatian yang luar biasa dari orang-orang non muslim terutama orang-orang Kristen, anda mungkin pernah lihat atau menyaksikandi majalah, Koran maupun di televisi, bagaimana cara ritual ibadah mereka.
Semua orang yang akan menghadap kristus mereka bersih, rapi, wangi dan anehnya sebelum menghadap, sang imam (dalam bahasa kita) melakukan hal yang sama persisnya seperti orang islam melakukan cara berwudhu yaitu dengan mengusap wajah dan kepala serta anggota tubuhnya dengan sebuah air yang menurut bahasa mereka “air keabadian sang bapa”.
Orang non muslim justru tertawa terbahak-bahak ketika mereka melihat banyak orang islam yang menganggap remeh hal tersebut, padahal bagi mereka hal ini merupakan sebuah cara yang luar biasa, bayangkan setiap kali orang muslim mau menghadap tuhannya mereka mencuci anggota tubuh dan wajah mereka dengan sebuah air lima kali selama satu hari, apakah ini tidak membuat wajah dan tubuh kita menjadi bersih ?
“Sesungguhnya Allah senang kepada orang yang bertaubat, dan senang kepada orang yang membersihkan diri” (Al-Baqarah:222).
Masalah yang sangat tampak sekali pada setiap muslim yaitu tidak memperhatikannya kebersihan, baik itu kebersihan diri, tempat tinggal, maupun lingkungan hidup mereka sendiri.
Fenomena yang kita lihat sekarang sangat memilukan sekali, setiap kali kita melihat tempat tinggal, kamar tidur, kamar mandi, halaman, lingkungan hidupnya maka kita tidak akan jauh-jauh menemukan sampah berserakan, kotor, jorok, bau yang sangat menyengat. Padahal sungguh ini bertentangan dengan ajaran islam itu sendiri, kalu kita hayati ayat demi ayat –hadis demi hadis akan kita temui banyak sekali perintah menjaga kebersihan.
Dan yang paling membuat dada kita sesak, hal ini justru kebanyakan terjadi di lingkungan pesantren, sampah tidak terjaga, kamar kotor, kamar mandi dan WC bau, baju-baju berserakan tidak di cuci dan dijaga dengan baik, dan masih banyak sekali kejanggalan-kejanggalan yang begitu memalukan. Padahal kita semua tahu pesantren merupakan tempat sentral para santri belajar ilmu agama, lantas ditaruh dimana pelajaran tafsir, hadis, fikih, thaharah dan bab kebersihan yang mereka pelajari.
Santri kok tidak sadar akan ajaran islam, malu sungguh memalukan islam, jangan namakan diri anda santri dan orang islam kalau dalam hal kebersihan saja anda tidak sanggup menjaganya.
Ada sebuah cerita yang menarik yang berkenaan dengan kebersihan, kisah ini kira-kira terjadi sekitar tahun 2000 yang lalu, suatu hari salah satu dari orang kristen kagum akan ajaran islam. Berdasarkan proses dan pemikirannya yang panjang maka tanpa ragu lagi dia menyatakan diri akan masuk islam. Atas pesan temannya yang muslim, dia dianjurkan untuk memperdalami dan belajar ilmu-ilmu agama di sebuah pesantren dan belajar pada seorang kyai yang sudah ternama di kalangan masyarakat sekitar.
Ketika dia sampai di pesantren tersebut, dia langsung bertemu dengan kyai tersebut dan mengatakan maksud dari pada kedatangannya ke pesantren ini. Sebagai pengasuh kyai pun menerimanya dengan senang hati dan menyuruh santri seniornya untuk mengantarnya ketempat yang akan dia tempati, selang beberapa menit, orang Kristen yang akan masuk islam menjadi tertegun dan terperanjat, pasalnya komplek pesantren yang akan dia tempati kotornya minta ampun dari kamar tidurnya, kamar mandinya, tempat jemuran bajunya jorok,bau, baju kotor berserakan dan indekumel lainnya yang mendatangkan penyakit kulit.
Ketika malam hari serangan nyamuk begitu banyaknya, maklum lingkungan kotor nyamuk ya… jadi kerasan.
Tanpa pikir panjang ketika pertengahan malam seluruh santri sedang enaknya tidur calon muallaf tersebut kabur dan pergi untuk selamanya (yakhruj bila idn), kemudian dia menyatakan batal untuk menjadi orang islam, hal yang demikian dia ceritakan dikalangan orang-orang Kristen, dan apa tanggapan mereka, islam dihujat habis-habisan bukan saja pada acara-acara perdebatan, Koran dan majalah harian kerap kali akan ditemukan masalah penghinaan terhadap islam. Mereka orang-orang Kristen hanya bisa tertawa terbahak-bahak menyaksikan hal ini. Dimana letak malu kalian sebagai santri apakah hati kalian sudah gelap dan tertutup mati ? Subhanallah.
Masalah yang selanjutnya yang tak kalah hebatnya yaitu cara mereka beribadah kepada Allah, semangat dalam mengerjakan kebaikan terutama dalam melakukan mi’raj kepada Allah yaitu shalat, banyak dari kita sebagai seorang muslim yang kurang perhatian tidak semangat, lesu, loyo, padahal inilah hakikat kita sebagai seorang hamba.
Firman Allah dalam Al-Quran
“Dan tidak aku ciptakan jin dan manusia kecuali hanya untuk beribadah kepadaku”
Dalam memenuhi panggilan sholat kita tidak punya daya tarik untuk bersegera menghadap kepada Allah.
Realita banyak sekali kita temukan, ketika memasuki waktu shalat banyak dari kita yang masih santai, tidak mengisi barisan (shof) dengan cepat-cepat bahkan condong dipaksa.
Dalam pelaksanaan sholat kita tidak menunjukan sikap yang sungguh-sungguh ngantuk, bergurau, dan main-main dalam ber dzikirpun seperti itu terutama sholat shubuh dan pelaksanaan sholat jumat yang merupakan simbol persatuan umat islam yang kokoh.
Seorang orientalis belanda Snouck Hugronje, ketika mengadakan penjajahannya ke Aceh dia menyamar sebagai seorang muslim dengan identitas nama Abdul Ghafur, dia terkejut bukan kepalang melihat persatuan umat islam ketika mengerjakan ritual keagamaan mereka, terutama dalam pelaksanaan sholat, kompak bersatu padu dan kokoh. Melihat hal yang demikian Snouck memperkirakan pasukan belanda yang dilengkapi senjata dan tank-tank tempur mereka tidak akan bisa menembus dan mengalahkan umat islam di aceh.
Usamah bin Ladin musuh dan buron nomer satu Amerika pernah mengatakan kepada pasukan jihadnya (Al-Qaidah dan Taliban), “sungguh tentara kafir takut bukan kepalang melebihi takut mereka menghadapi rudal dan tank-tank pencabut nyawa, ketika mereka melihat umat islam bersatu padu dalam mengerjakan sholat. Jasad kita akan harum disurga walau peluru mereka menerjang sekujur badan kita”. ( Bin Ladin, Al-jazera pasca tragedi WTC).
Cukup jelas sudah gambaran kita akan pentingnya ibadah kita kepada Allah. Mari kita semangat tekadkan niat dalam menghadap san pencipta.
Selanjutnya Ghosob merupakan hal yang banyak sekali dilupakan orang islam pada umumnya, padahal perbuatan ini sangat tercela dan di benci Rasulullah, budaya ghosob dan pencurian kian merajalela di sekitar lingkungan kita, mengambil dan memaki barang tanpa hak kerap kali menjadi pemandangan yang sangat menyakitkan.
Anehnya budaya ini di jadikan budaya yang lumrah dan biasa saja, tanpa memikirkan efek yang terjadi nanti.
Hilangnya martabat islam di mata dunia akibat dari kelalaian pemeluknya sendiri. Bukan dari pemeluk agama lain.
Banyak hadis dan ayat Al-Quran yang menerangkan betapa pentingnya sesam muslim tidak saling menyakiti dan merugikan. Bahkan dalam sebuah hadis Rasulullah banyak di kupas masalah tersebut
“Tidak sempurna imam seseorang diantara kalian sehingga ia tidak menjadikan muslim yang lain seperti anggota badannya sendiri” (HR. Bukhari)
Ghosob merupakan hal yang sangat menyakitkan bagi orang lain, bukan saja sesama muslim antar non muslimpun perbuatan ini sangat terkutuk.
Yang membuat dada kita sesak adalah perbuatan tercela ini kerap kali terjadi dilingkungan yang suasana agamanya cukup relevan.
Taruhlah di pondok, muishalla, bahkan masjid. Na’udzubillah. Seakan-akan masjid dijadiakan tempat sentral tekong barang terutama sandal dan sejenisnya.
Cerita yanmg bersangkutan pernah penulis temukan dalam sebuah majalah islami, ketika menginjakan kakinya di sebuah perkampungan, orang non muslim ketrurunan tiongkok ingin sekali masuk agama islam, ketika itu dia sangat kagum terhadap ritual ceremonial shalat jumat di sebuah masjid. Bersama seorang temannya yang muslim, dia diajak untuk merasakan langsung bagaimana pelaksanaan ibadah umat islam terutama shalat jumat. Setelah melalui petunjuk seorang muslim tentang pelaksanaannya. Iapun ikut serta dalam barisan jamaah shalat jumat, ketika khutbah dia merasakan getaran yang luar biasa dalam dadanya kerap kali dalam hatinya bergumam “inilah agama sebenarnya”.
Ketika selesai shalat jumat kemantapannya semakin kokoh bahkan dia ingin sekali mengucapkan kalimat syahadat.
Barulah ketika hendak pulang sandal yang baru dibelinya dari sebuah tokoh terkenal dan harganya ratusan ribu, (maklum dia pengusaha kelas tinggi) habis digarap orang. Dia sempat berpikir kenapa bisa terjadi padahal baru saja mereka menghadap tuhannya, apakah ini memang ibadah sebenarnya atau hanya sekedar kumpul biasa-biasa saja, cetusnya dalam hati, tanpa pikir panjang si muslim langsung menyerahkan sandal miliknya, dan pulang berjalan diatas panasnya jalan ber aspal.
Astaghfirullah…astaghfirullah.. kalimat ini kerap kali terucap dari bibir si muslim.
Keesokan harinya calon muallaf keturunan tiongkok tadi menyatakan tidak kesediannya masuk agama islam.
Terlebih ketika hari menjelang lebaran kira-kira tiga hari sebelum puasa berakhir, para tekong-tekong sandal sudah mulai stand bay di pinggir-pinggir halaman masjid, lengah sedikit habis sandal sampean kena garap, apalagi puncaknya yaitu terjadi ketika hari raya sandal serba baru bagus pasti jadi incaran mereka, mereka sholat..ya sholat…islam katanya…KTP nya pun tidak ada tulisan agama yahudi atau Kristen islam di cetak huruf tebal.
Penulis sendiri pernah mengalami kejadian yang sama ketika mengikuti pelatihan tentang masa depan pondok pesantren se-kabupaten di masjid agung selama tiga hari di sepuluh terakhir bulan ramadhan , penulis sempat membeli sandal buat lebaran seharga 150 ribu di sebuah Mall terdekat, dua hari berlalu sandal masih tetap utuh namun ketika hari terakhir sandal sudah ada yang ngembat. …Masya Allah
Kejadian yang sama dialami teman satu kelompok, sandalnya pun sama hilang tak berjejak di garap orang. Eh, ternyata setelah di perhatikan banyak orang-orang yang sudah ngincar sandal bagus, pura-pura shalat jamaah ternyata pulang mengghosob sandal.
Sungguh bikin bingung, Dr. Kamal Abdul Majid pernah berkata”umat islam adalah umat yang kebingungan di dunia yang membingungkan”.
Ma’rifat kepada Allah benar-benar sudah tidak ada lagi, padahal setiap yang kita kerjakan pasti akan ada balasannya.
Akankah umat islam terus seperti ini, islam haqiqikah mereka atau islam gadungan, sungguh ini sebuah kritik pedas atas pribadi kita sebagai muslim.
Akankah kita dirundung masalah seperti ini, jawabnya tentu tidak. Mari kita tata kembali kualitas Islam kita dengan langkah-langkah yang positif dan rasional, Amar ma’ruf nahi munkar itulah yang harus selalu kita pegang teguh.
Penulis adalah Koordinator Jiper
VACUUM OF POWER
(Badai di tengah Keterpurukan)
Oleh: Cak Mun*
Bagaimana mungkin akan menjadi bangsa besar, kalau
Penghancurnya adalah orang-orang besar.
(President Susilo Bambang Yudhoyono, Dalam Pidatonya “ Memberantas Korupsi”)
Sebelum menjelang bangsa ini merdeka pernah terjadi peristiwa yang sangat menarik yang tercoret
dalam tinta sejarah, peristiwa yang membuat bangsa kita hampir saja kehilangan jati dirinya, ketika itu pemimpin dari bangsa ini dipastikan tidak ada sampai hari menjelang kemerdekaan berlangsung.
Vacuum Of Power ya.. itulah bahasa asingnya yang kerap kali membuat beribu-ribu pertanyaan di benak rakyat. Sampai kapan bangsa ini harus mengarungi pedihnya penderitaan karena penindasan penjajah, yang tak kenal kompromi.
Hampir saja waktu itu bangsa kita terombang-ambing akibat krisis figure seorang pemimpin masa depan, harapan untuk merdeka dari penjajah seakan tak tercapai lagi, kendalanya lagi-lagi akibat krisis seorang pemimpin.
entah penantian rakyat selama bertahun-tahun akan kemerdekaan sudah tak terbendung lagi, beribu kata merdeka terucap, beberapa kali teriakan di setiap sudut tanah air, merdeka….merdeka….merdeka …usir para penjajah.
Rasa optimis rakyat akan hadirnya seorang pemimpin masa depan ternyata benar-benar menjadi sebuah kenyataan, ketika itu muncullah sesosok tubuh tegap, penuh percaya diri, dan bersuara lantang meneriakan komando merdeka….merdeka…..merdeka, seakan dirinya berkata “inilah pemimpin yang kalian tunggu”, rasa percaya diri rakyat akan sebuah kemerdekaan semakin tinggi, penantian yang selama ini hanya sebuah mimpi kini benar-benar menjadi kenyataan.
Dan akhirnya mimpi benar-benar menjadi sebuah kenyataan ketika sang pemimpin bangsa dengan penuh tekadnya bisa mengantarkan rakyat terbebas dari penjajahan.
rasa bangga dan haru menyelimuti hati rakyat ketika itu, taka ada lagi rasanya sesuatu yang paling berharga di bandingkan dengan apa yang dirasakannya di saat keterpurukan bangsa.
Vacuum Of Power yang semula mengancam bangsa ini dari keterpurukan, terjawab dengan seorang sosok pemimpin bangsa yang mengagumkan, merdekalah bangsa dari segala bentuk penjajahan moral maupun material yang merugikan sesama, yang semuanya itu tak lain usaha pemimpin kita.
Beberapa tahun terakhir setelah kemerdekaan bangsa dari para penjajah, keterpurukan dan kehancuran terjadi di negeri kita terus menerus tanpa adanya solusi yang mampu menghentikannya.
Sehingga kerap kali ketika melakukan suatu pekerjaan, berkali-kali akan mengalami suatu kecurangan dan kemunafikan.
Para pemimpin dan pembesar bangsa ini tak mengerti-ngerti akan hakikat sebuah kesadaran untuk menumbuhkan semangat juang 45, lagi-lagi pemerasan dan penindasan terhadap yang lemah selalu mewarnai hari-hari di tanah air kita.
Tindakan semenah-menah akan sebuah keputusan hanya di respon sebelah mata, tanpa dipikirkan nasib yang dialami rakyat nanti. Mengadakan program hanya bisa dinikmati mereka saja yang kemudian rakyat di paksa untuk menurutinya tanpa adanya kesepakatan lebih lanjut.
Badai benar-benar melanda negeri kita yang sedang terpuruk, dan terisolir dari sebuah kebenaran.
Beberapa kasus terakhir yang melibatkan punggawa-punggawa bangsa ini begitu memalukan dari mulai korupsi, penipuan, manipulasi data dan perseteruan kancah politik yang tak kunjung selesai.
Makna sebuah kemerdekaan seakan tak tertanam di negeri kita ini, pasalnya setiap prilaku dan pekerjaan yang membuat rakyat menderita mereka anggap sah-sah saja dan sudah lumrah, tanpa adanya perasaan bersalah sedikitpun.
Keadaan semakin berlarut ketika hal yang demikian justru banyak dipraktekan lembaga terlebih pondok pesantren (dalam hal pengaturannya), yang basis utamanya memang menanamkan akhlak yang mulia dikalangan santrinya. Berbagi macam corak dan bentuk peraturan yang ada di pondok pesantren akhir-akhir ini sudah mulai tak merata lagi, peraturan yang bersifat universal kini hanya berlaku pada senior atau kalu kita istilahkan mereka yang duduk di kelas terakhir yang konon sebentar lagi menjadi ustad.
Tapi sungguh aneh luar biasa seorang calon ustad tidak memiliki pribadi yang tangguh dalam berbuat dan bersikap baik terhadap dirinya, pada sesama manusia maupun terhadap tuhannya, kemana-mana masih diatur, digiring, diseret, dipaksa, di takut-takuti kaya anak TK, sholat harus diatur, ngaji diatur, duduk iktikaf diatur, sedikit salah omelan pedas siap menusuk hati, salah tingkah sejengkal saja siap-siap menerima malu dari anggota yang lebih muda, kalau semua seperti itu lama-lama naik haji pun diabsen, sungguh kalau sayidina Umar masih hidup dan tahu akan hal ini, orang yang diabsen dan mengabsen dalam mendekatkan diri terhadap sang penciptanya maka akan ditebaslah lehernya (baca Generasi Bermental Absen, Cak Mun, sebuah makalah umat).
Mereka tak sadar sepenuhnya, kita ini hanyalah seorang hamba yang lemah yang wajib mengabdi kepada Allah, karena bagaimanapun segala yang ada pada diri kita hanyalah titipan dari-Nya yang nantinya akan dimintai pertanggung jawaban, untuk apa kaki ini, tangan ini, hati ini, pikiran ini, dan seluruhnya pasti akan dimintai pertanggung jawabannya.
Sikap kurang respon juga banyak sekali terjadi dalam hal pengaturan, sebenarnya pada hakikatnya aturan memang berlaku bagi siapa saja yang memasuki sebuah komunitas, namun, bagiman sekiranya aturan tersebut bisa diimbangi dengan sebuah amanat yang di tugaskan, tidak bisa seorang yang kerjaannya ringan lantas dalam hal pengaturan di samakan dengan mereka yang memiliki tugas yang berat, misalnya mengurus acara, menjaga keamanan, menjadi penggerak program sungguh ini bukan hal yang adil.
Dalam islam memang tidak begitu, yang berat kerjaannya, yang ringan semuanya sama. sholat ya.., harus lima waktu tepat waktu, duhur ya…tetap empat…isya pun demikian.
Namun dalam segi tatanan pengaturan untuk maslahat bersama tidak harus kita menekan mereka yang sudah berjenggot, tidak disalahkan kalau hal ini bisa terjadi sewaktu-waktu, tapi kalau terus menerus bukan pengaturan namanya penglanturan itu lebih sesuai.
Bagaimana bisa konsentrasi, dikit-dikit kena omel, kena malu, padahal kita lihat deretan program menjejer begitu panjangnya, belum lagi tugas organtri yang begitu padat.
Kita bisa lakukan semua itu tapi ada syarat yang harus di penuhi seluruh elemen yang ada di pondok, yaitu semua harus bersama-sama on time, memang inilah terkadang kendalanya, anggota bisa On Time kalau pengurusunya On Time, begitupula pengurus bisa On Time kalau seluruh ustad On Time kadzhalika, bicara tugas memang ada perbedaan yang sangat financial, namun mari kita pikir bersama bagaimana semua peraturan bisa dirasakan kemaslahatannya.
Belum hilang dari lubuk mata ini, bagaimana hati ini menjadi teriris, keika badai besar datang membawa ke jurang keterpurukan, belasan manusia harus menaggakan jabatannya, namun kondisi yang menuntut membuat mereka bersemangat tinggi menggali sebuah cahaya baru.
Tiba-tiba badai besar datang lagi di tengah keterpurukan ini, peraturan baru yang lebih terarah kesatu titik harus di hadapi dengan penuh kesabaran yang tinggi.
Sungguh tak terbayangkan badai ini datang begitu tiba-tiba, disisi lain perhatian kepada anggota yang saya rasa masih mempunyai harapan panjang terabaikan begitu saja.
Gurau….gurau, bercanda, main-main itulah pemandangan yang membuat resah pelupuk mata kita, diawas ustad… baik, sangupkah beberapa ustad mengatasinya, itupun kalau benar-benar on time, terkadang mereka sendiri harus menghadapi acara yang padat, kuliah dan program lainnya.
Sebagai penggantinya memang logis semua pengaturan di serahkan kepada mereka yang berada di kelas yang tinggi (kakak kelas bukan kakek), namun bagaimana mau ngatur wong masih diatur, pengurus itu mengurus bukan diurus itukan kaidah yang benar dalam bahasa Indonesia kita (tolong Tanya ke guru bersangkutan kalau salah).
Dampak yang begitu terasa yaitu Vacuum of Power (kekosongan kekuasaan), tak ada pengurus, tak ada sorang leader organtri, kekuasaan tak berjalan bahkan mandek menuju jalan buntu. Pasalnya serba salah mau mengatur dilain sisi ada yang ngatur… sungguh bikin bingung.
Kita semuanya pikir apakah kita harus mengorbankan beberapa ratus anggota gara-gara beberapa kepala saja, apalagi beberapa kepala yang di maksud mereka yang rata-rata berjenggot dan terlanjur baligh, sungguh badai besar akan datang lebih besar lagi.
Sikap manja, dan cengeng, tidak sopan dan berbudi mulai merambah sebagian anggota, memang semua wajib menegurnya, lagi-lagi bagaimana mau menegur wong ditegur dulu, tak ada alasan dan hujah, semuanya sama.
Kalau memang harus kita jalankan mari kita jalankan bersama dengan catatan seluruh penghuni pondok ketika jam yang ditentukan harus on time semuanya, tidak ada yang terlambat, apapun pekerjaannya, kecuali nyangkul gunung.
Sehingga rasa adil akan tercipta dengan peasaan yang lenggawa, tidak ngerundel dan ngeluh.
Kalau Vacuum Of Power sudah merambah maka otomatis seluruh program pun akan macet, bahkan nonsense.
Kita pernah dengar pidato Presiden kita, Susilo Bambang Yudhoyono dalam sebuah acara yang bertema “Memberantas Korupsi”, beliau mengatakan “bagaimana mungkin akan menjadi bangsa yang besar kalu penghancurnya orang-orang besar”. Dalam kata lain, bagaimana mungkin mau menjadi organtri yang besar kalau penghancurnya orang-orang besar (mohon maaf kalau memakai bahasa yang sama).
Tujuannya memang sangat bagus sekali, sebagai cermin bagi adik kelasnya, “ kalau kepalanya bagus ekornya pun past ikut bagus”. itu mungkin kata pepatah yang pernah kita dengar, logis, sangat logis.
Pertanyaannya adakah cara lain yang lebih maslahat ?
Solusi terbaik, memang betul apa yang dinamakan “Rahmatan lil’alamin”, yaitu dengan cara menyebar bukan “Rahmatan linafsihi”. Cara pengontrolannya mungkin kita lebih sederhanakan lagi misalnya 10 orang dari kelas akhir menyebar di kelas 3, sisanya di bagi berdasarkan kebutuhan kelas yang bersangkutan, ketika di kelas 3 yang memakai kopiyah putih ada 8, berarti kurang 2 itu saja, sama-sama terpantau dan saya rasa kemaslahatan di sini lebih tercipta dari pada harus membiarkan mereka bergerumul sendirian, manfaatnyapun akan lebih terasa mereka yang mau menanyakan pelajaran di samping ustad, ada kakak kelasnya yang lebih berpengalaman, begitupun masalah yang lainnya, kalu semua ini terlaksana kita yakin Vacuum of Power tidak akan terjadi, organtri jalan ibadah jalan, bagaimana mereka yang tidak hadir, kita cek dan tanyakan, jangan langsung di vonis, barangkali tugasnya lebih berat dari yang lain sehingga berhalangan, tapi saya rasa tahu dirilah kalau waktu jamaah ya.. jamaah, masalah masbuqkan bisa kita maklumi.
Kalu semuanya mengerti tugas dan fungsi masing-masing tak ada yang di persulit dan di maslahkan jalan saja, mudah kan. “Sadar Diri Tahu Fungsi” itulah falsafah yang harus selalu kita pegang teguh.
Penulis adalah Koordinator Jiper
SEBUAH RISALAH KEBENARAN
(Menuju peradaban yang sempurna)
Oleh: Cak Mun*
Sesungguhnya Muhammad itu dilahirkan didalam suasana keberhalaan, akan tetapi semenjak kukunya masih merah dia telah menampakan kegeniusannya yang luar biasa, dia sangat benci kepada kehinaan dan paling cinta kepada kebaikan, ikhlas dan berniat baik, tiada pernah memusuhi orang sehingga disebutkan oleh bangsanya dimasa itu dengan panggilan Al-Amien (orang yang jujur)
(Garsan de Tasy, islam hal 6)
Saat itu Risalah kebenaran diwahyukan kepada Muhammad, dari mulai keluarga, kerabat dan komunitas kecil, beliau sebarkan secara sembunyi-sembunyi, tatkala risalah kebenaran itu semakin meluas dan semakin bertambah jumlah pengikutnya, ketika itu pula rongrongan dan ancaman datang dari para pemuka-pemuka Quraiys yang membangkang akan risalah tersebut.
Abu jahal dan Abu Lahab merupakan motor penggerak pembangkangan terhadap risalah rasul ini, padahal mereka berdua merupakan paman dari pada rasulullah itu sendiri, berbagi macam siksaan dan penyiksaan kerap kali dialami para pengikut Rasulullah, namun sabar dan keyakinanlah yang membawa mereka menuju kemenangan abadi.
Tiga belas abad telah berlalu, kini muncul Abu Jahal dan Abu Lahab diabad ke-21 sekarang, para pembangkang akan risalah semakin menjadi-jadi untuk menghalau Abu Jahal dan Abu Lahab abad 21 sekarang ini diperlukan benteng dan pembelaan yang kuat, sehingga risalah kebenaran menyebar dengan penuh kedamaian.
Peradaban jahiliyah benar-benar mengantarkan manusia dalam kehancuran dan kebobrokan akidah, berbagi macam peristiwa yang diluar akal manusia kerap kali terjadi, budaya minuman keras, budaya mengubur hidup-hidup anak perempuan, perjudian, perbudakan dan kesewenang-wenangan terhadap yang lemah selalu terjadi di tanah arab tersebut.
Penyembahan berhala merupakan ibadah bodoh mereka, kita melihat betapa kehancuran melanda masyarakat Quraiys penggangung berhala. Kita coba menengok sejarah munculnya keyakinan yang hakiki lebih dari 14 abad silam, disekitar kemunculan islam, sejarah telah mencatat karya agung Ibrahim dan Isma’il a,s. yakni Baitullah Ka’bah. Sepeninggalan beliau berdua, Ka’bah masih sangat dihormati dikalangan suku bangsa di jazirah arab. Bangsa Quraiys pada waktu itu masih memegang ajaran tauhid dan masih taat pada syari’at yang diajarkan oleh nabi Ibrahim dan Isma’il a,s. namun di masa Amru bin Amir Al-Khuza’I, sejarah mulai berubah. Amru bin Amir Al-Khuza’i ialah orangnya yang merusak dan menajutuhkan sebuah peradaban yang hakiki.
Pada mulanya, Amru pergi ke kota Syam. Disana ia melihat suatu kaum yang menyembah berhala yang terbuat dari batu dan kayu. Ia sangat tertarik dengan acara itu, sehingga ia membawa beberapa patung berhala ke kota makkah dan mengajak penduduk untuk menyembahnya.
Sehubungan dengan perbuatannya ini, Rasulullah mengatakan:
“Saya melihat Amru bin Amir Al-Khuza’i dilemparkan kedalam neraka, karena dialah yang pertama kali mengada-adakan penyembahan terhadap berhala”(Riwayat Bukhari dan Ahmad).
Sejak berhala dibawa masuk ke Makkah oleh Amru, pengikutnya semakin bertambah banyak, bahkan akhirnya menjadi keyakinan yang diresmikan secara konvesional.
Patung-patung bertebaran di setiap tempat, mereka sembah, mereka agung-agungkan. Disetiap rumah ada patung, di jalanan ada patung, sampai di Ka’bah pun akhirnya penuh dengan patung. Kejahiliaan mereka merajalela, bahkan akhirnya sampai menjadi suatu yang lazim.
Setiap penyimpangan dari pemberhalaan dianggap pelanggaran nilai yang menimbulkan suatu aib, maka dizaman seperti inilah Rasulullah Saw dibangkitkan sebagi utusan.
Mereka jahiliyah, karena meninggalkan ajaran-ajaran yang dibawa nabi-nabi mereka yang terdahulu untuk menyembah Allah, mereka lari dari tuntunan tauhid dan lari kepada berhala, itulah jahiliyah yang nyata, suatu pengingkaran terhadap sang pencipta sekaligus terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Nilai manusia menjadi rendah tiada berharga dikala itu, sebab mereka dengan sukarela menghambakan diri kepada hasil produk manusia. Mereka membuat patung, lalu disembahnya. Manakala mereka bosan, maka dibuangnya patung itu dan dibuatnya patung yang baru untuk dijadikan sebagai tuhan baru. Tuhan hanyalah masalah selera, jika mereka suka dibuatnya sang tuhan atau dimusnahkannya.
Di kala itu ada 360 buah patung berhala yang di tuhankan, berhala terbesar mereka diberi sebuah nama Hubal yang diletakan didalam Ka’bah, terbuat dari batu akik merah berbentuk manusia. Dibagian samping Ka’bah, ada lagi berhala yang diberi nama Isaaf, dan Nailah. Di dekat bukit Arafah ada patung Uzza, dibawah kota makkah ada yang bernama Khalsah. Semua patung itu menjadi tuhan-tuhan yang diberi loyalitas.
Belum lagi di setiap rumah penduduk makkah terdapat berhala yamg disembah oleh penghuninya. Bahkan Abu Raja’i Al Utharidi berkata:
”Kami dulu menyembah batu, jika kami ada batu yang lebih baik, batu sembahan sebelumnya kami buang dan kami ganti dengan yang baru dan yang lebih baik. Jika ,tidak dapatkan batu, kami kumpulkan segunduk pasir, lalu kami datangkan kambing, kami perah kambing itu di atasnya, dan kami thawaf disekelilingnya. (Riwayat Bukhari).
Bahkan mereka membuat tuhan-tuhan mereka dari kurma dan bahan makanan yang lainnya yang sering dibawa dalam bepergian. Apabila bekal mereka habis, sedangkan rasa lapar tidak tertahankan lagi, maka tidak ada pilihan mereka yang lain kecuali harus memakan tuhan kurma dan makanan tersebut. Sungguh benar-benar jahiliyah.
Namun jangan dibayangkan mereka orang-orang yang bodoh dan terbelakang dalam soal-soal urusan duniawi, mereka tidak seperti itu, bahkan mereka memiliki kelebihan-kelebihan yang menonjol di bidang ekonomi, misalnya mereka menggunakan mata uang Byzantium dan Persia.
Mereka telah mengenal ukuran berat dengan satuan, Abu Hasan menyebutkan mata uang mereka dirham dan dinar menjadi ukuran dan timbangan yang berlaku di dunia perdagangan.
Dibidang industri, mereka biasanya memanfaatkan tenaga asing dari Romawi dan Persia hanya sebagian kecil mereka saja yang bekerja, Khabab ibnu Arrat misalnya, ia seoarng pandai besi.
Di bidang militer, ternyata mereka merupakan kekuatan yang diperhitungkan musuh.
Mereka tidak bodoh didalam segala bidang, buktinya sampai ke masalah politikpun mereka pahami.
Oleh karenanya, zaman jahiliyah terjadi bukan terbatas pada saat menjelang diutusnya Rasulullah Saw saja, namun kapan pun masih tetap berlaku, jika tatanan masyarakat itu menjadikan materi sebagai pandangan hidup dan nafsu sebagai pengendali hati kita.
jaman jahiliyah terjadi karena pengingkaran manusia terhadap Allah. Karena itu, jahiliyah itu tidaklah identik dengan kemunduran dan keterbelakangan di bidang pengetahuan dan teknologi, bukan pula merupakan bentuk kebodahan didalam masalah ekonomi, politik, dan sosial. Sesungguhnya jahiliyah yang sebenarnya adalah kebodohan pemahaman tentang ketuhanan dan identik dengan penolakan terhadap ketentuan-ketentuan Allah, itulah jahiliyah yang hakiki.
Patung-patung sekarang tidak mesti berbentuk fisik batu atau kayu, bisa jadi patungisme dan ide, bisa jadi yang di tuhankan dan diagungkan manusia adalah sains dan teknologi.
Bisa jadi Amru bin Amir Al Khuza’i itu benar-benar ada di jaman sekarang ini, ada orang yang berkunjung kenegara barat, lalu terpengaruh dengan kebudayaan yang ada di Negara itu dan membawa budaya-budaya asing itu kenegaranya, Yang akhirnya budaya yang ia bawa menjadi anutan masyarakat, diterima secara menyeluruh tanpa sisa sedikit pun. Saperti budaya telanjang bagi wanita, budaya kebebasan hubungan seks, dan budaya menginjak-injak agama, yang semua di atas namakan hak asasi manusia. Atas nama hak asasi dan kemanusiaan, semua dilakukan. Padahal, perbuatan itu justru menjatuhkan martabat kemanusiaan kederajat yang hina.
Pada saat yang sama, di India pada abad ke 6 masehi, paganisme telah mencapai puncak peradabannya. Menurut Abul Hasan an Nadhwi, diperkitrakan tuhan mereka mencapai 330 juta buah, bahkan agama-agama samawi ikut terkena wabah paganisme yang sedemikian meluas pada waktu itu, sebagaiman diabadaikan Al-Quran :
“Orang-orang yahudi berkata , “Uzair itu putra Allah”, dan orang-orang Nasrani berkata”Al Masih itu putra Allah” (At Taubah :30).
Jejak demi jejak di lalui Rasulullah dalam menyebarkan risalah Kenabian dan Kerasulannya, dengan berbudi luhur yang tinggi, jujur dan semangat jihad yang tinggi, peradaban yang gelap terkikis dengan suatu peradaban yang maslahat. Risalahnya membuat banyak manusia sangat berarti, perbudakan, penyembahan berhala, perjudian, penguburan ank perempuan serta perbuatan bejad lainnya terkubur dengan hadirnya sebuah peradaban yang hakiki.
Kejahiliayaan mereka dalam pemberhalaan menyebabkan butanya hati dan pikiran, mereka tidak mampu menatap realitas yang jauh ke depan, yaitu setelah kematian. Mereka hidup dengan penuh kesesatan, karena menghindarkan diri dari petunjuk ketuhanan dan kerasulan, tak ada yang mereka tunggu kecuali kerusakan sebuah peradaban yang mengantarkan pada kepedihan di dunia dan akhirat.
Penulis adalah Koordinator Jiper.
SANG RASUL
(Revolusioner Moral Manusia)
Oleh: Cak Mun*
Saat itu Risalah kebenaran diwahyukan kepada Muhammad, dari mulai keluarga, kerabat dan komunitas kecil, beliau sebarkan secara sembunyi-sembunyi, tatkala risalah kebenaran itu semakin meluas dan semakin bertambah jumlah pengikutnya, ketika itu pula rongrongan dan ancaman datang dari para pemuka-pemuka Quraiys yang membangkang akan risalah tersebut.
Abu jahal dan Abu Lahab merupakan motor penggerak pembangkangan terhadap risalah rasul ini, padahal mereka berdua merupakan paman dari pada rasulullah itu sendiri, berbagi macam siksaan dan penyiksaan kerap kali dialami para pengikut Rasulullah, namun sabar dan keyakinanlah yang membawa mereka menuju kemenangan abadi.
Tiga belas abad telah berlalu, kini muncul Abu Jahal dan Abu Lahab diabad ke-21 sekarang, para pembangkang akan risalah semakin menjadi-jadi untuk menghalau Abu Jahal dan Abu Lahab abad 21 sekarang ini diperlukan benteng dan pembelaan yang kuat, sehingga risalah kebenaran menyebar dengan penuh kedamaian.
Peradaban jahiliyah benar-benar mengantarkan manusia dalam kehancuran dan kebobrokan akidah, berbagi macam peristiwa yang diluar akal manusia kerap kali terjadi, budaya minuman keras, budaya mengubur hidup-hidup anak perempuan, perjudian, perbudakan dan kesewenang-wenangan terhadap yang lemah selalu terjadi di tanah arab tersebut.
Penyembahan berhala merupakan ibadah bodoh mereka, kita melihat betapa kehancuran melanda masyarakat Quraiys penggangung berhala. Kita coba menengok sejarah munculnya keyakinan yang hakiki lebih dari 14 abad silam, disekitar kemunculan islam, sejarah telah mencatat karya agung Ibrahim dan Isma’il a,s. yakni Baitullah Ka’bah. Sepeninggalan beliau berdua, Ka’bah masih sangat dihormati dikalangan suku bangsa di jazirah arab. Bangsa Quraiys pada waktu itu masih memegang ajaran tauhid dan masih taat pada syari’at yang diajarkan oleh nabi Ibrahim dan Isma’il a,s. namun di masa Amru bin Amir Al-Khuza’I, sejarah mulai berubah. Amru bin Amir Al-Khuza’i ialah orangnya yang merusak dan menajutuhkan sebuah peradaban yang hakiki.
Pada mulanya, Amru pergi ke kota Syam. Disana ia melihat suatu kaum yang menyembah berhala yang terbuat dari batu dan kayu. Ia sangat tertarik dengan acara itu, sehingga ia membawa beberapa patung berhala ke kota makkah dan mengajak penduduk untuk menyembahnya.
Sehubungan dengan perbuatannya ini, Rasulullah mengatakan:
“Saya melihat Amru bin Amir Al-Khuza’i dilemparkan kedalam neraka, karena dialah yang pertama kali mengada-adakan penyembahan terhadap berhala”(Riwayat Bukhari dan Ahmad).
Sejak berhala dibawa masuk ke Makkah oleh Amru, pengikutnya semakin bertambah banyak, bahkan akhirnya menjadi keyakinan yang diresmikan secara konvesional.
Patung-patung bertebaran di setiap tempat, mereka sembah, mereka agung-agungkan. Disetiap rumah ada patung, di jalanan ada patung, sampai di Ka’bah pun akhirnya penuh dengan patung. Kejahiliaan mereka merajalela, bahkan akhirnya sampai menjadi suatu yang lazim.
Setiap penyimpangan dari pemberhalaan dianggap pelanggaran nilai yang menimbulkan suatu aib, maka dizaman seperti inilah Rasulullah Saw dibangkitkan sebagi utusan.
Mereka jahiliyah, karena meninggalkan ajaran-ajaran yang dibawa nabi-nabi mereka yang terdahulu untuk menyembah Allah, mereka lari dari tuntunan tauhid dan lari kepada berhala, itulah jahiliyah yang nyata, suatu pengingkaran terhadap sang pencipta sekaligus terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Nilai manusia menjadi rendah tiada berharga dikala itu, sebab mereka dengan sukarela menghambakan diri kepada hasil produk manusia. Mereka membuat patung, lalu disembahnya. Manakala mereka bosan, maka dibuangnya patung itu dan dibuatnya patung yang baru untuk dijadikan sebagai tuhan baru. Tuhan hanyalah masalah selera, jika mereka suka dibuatnya sang tuhan atau dimusnahkannya.
Di kala itu ada 360 buah patung berhala yang di tuhankan, berhala terbesar mereka diberi sebuah nama Hubal yang diletakan didalam Ka’bah, terbuat dari batu akik merah berbentuk manusia. Dibagian samping Ka’bah, ada lagi berhala yang diberi nama Isaaf, dan Nailah. Di dekat bukit Arafah ada patung Uzza, dibawah kota makkah ada yang bernama Khalsah. Semua patung itu menjadi tuhan-tuhan yang diberi loyalitas.
Belum lagi di setiap rumah penduduk makkah terdapat berhala yamg disembah oleh penghuninya. Bahkan Abu Raja’i Al Utharidi berkata:
”Kami dulu menyembah batu, jika kami ada batu yang lebih baik, batu sembahan sebelumnya kami buang dan kami ganti dengan yang baru dan yang lebih baik. Jika ,tidak dapatkan batu, kami kumpulkan segunduk pasir, lalu kami datangkan kambing, kami perah kambing itu di atasnya, dan kami thawaf disekelilingnya. (Riwayat Bukhari).
Bahkan mereka membuat tuhan-tuhan mereka dari kurma dan bahan makanan yang lainnya yang sering dibawa dalam bepergian. Apabila bekal mereka habis, sedangkan rasa lapar tidak tertahankan lagi, maka tidak ada pilihan mereka yang lain kecuali harus memakan tuhan kurma dan makanan tersebut. Sungguh benar-benar jahiliyah.
Namun jangan dibayangkan mereka orang-orang yang bodoh dan terbelakang dalam soal-soal urusan duniawi, mereka tidak seperti itu, bahkan mereka memiliki kelebihan-kelebihan yang menonjol di bidang ekonomi, misalnya mereka menggunakan mata uang Byzantium dan Persia.
Mereka telah mengenal ukuran berat dengan satuan, Abu Hasan menyebutkan mata uang mereka dirham dan dinar menjadi ukuran dan timbangan yang berlaku di dunia perdagangan.
Dibidang industri, mereka biasanya memanfaatkan tenaga asing dari Romawi dan Persia hanya sebagian kecil mereka saja yang bekerja, Khabab ibnu Arrat misalnya, ia seoarng pandai besi.
Di bidang militer, ternyata mereka merupakan kekuatan yang diperhitungkan musuh.
Mereka tidak bodoh didalam segala bidang, buktinya sampai ke masalah politikpun mereka pahami.
Oleh karenanya, zaman jahiliyah terjadi bukan terbatas pada saat menjelang diutusnya Rasulullah Saw saja, namun kapan pun masih tetap berlaku, jika tatanan masyarakat itu menjadikan materi sebagai pandangan hidup dan nafsu sebagai pengendali hati kita.
jaman jahiliyah terjadi karena pengingkaran manusia terhadap Allah. Karena itu, jahiliyah itu tidaklah identik dengan kemunduran dan keterbelakangan di bidang pengetahuan dan teknologi, bukan pula merupakan bentuk kebodahan didalam masalah ekonomi, politik, dan sosial. Sesungguhnya jahiliyah yang sebenarnya adalah kebodohan pemahaman tentang ketuhanan dan identik dengan penolakan terhadap ketentuan-ketentuan Allah, itulah jahiliyah yang hakiki.
Patung-patung sekarang tidak mesti berbentuk fisik batu atau kayu, bisa jadi patungisme dan ide, bisa jadi yang di tuhankan dan diagungkan manusia adalah sains dan teknologi.
Bisa jadi Amru bin Amir Al Khuza’i itu benar-benar ada di jaman sekarang ini, ada orang yang berkunjung kenegara barat, lalu terpengaruh dengan kebudayaan yang ada di Negara itu dan membawa budaya-budaya asing itu kenegaranya, Yang akhirnya budaya yang ia bawa menjadi anutan masyarakat, diterima secara menyeluruh tanpa sisa sedikit pun. Saperti budaya telanjang bagi wanita, budaya kebebasan hubungan seks, dan budaya menginjak-injak agama, yang semua di atas namakan hak asasi manusia. Atas nama hak asasi dan kemanusiaan, semua dilakukan. Padahal, perbuatan itu justru menjatuhkan martabat kemanusiaan kederajat yang hina.
Pada saat yang sama, di India pada abad ke 6 masehi, paganisme telah mencapai puncak peradabannya. Menurut Abul Hasan an Nadhwi, diperkitrakan tuhan mereka mencapai 330 juta buah, bahkan agama-agama samawi ikut terkena wabah paganisme yang sedemikian meluas pada waktu itu, sebagaiman diabadaikan Al-Quran :
“Orang-orang yahudi berkata , “Uzair itu putra Allah”, dan orang-orang Nasrani berkata”Al Masih itu putra Allah” (At Taubah :30).
Jejak demi jejak di lalui Rasulullah dalam menyebarkan risalah Kenabian dan Kerasulannya, dengan berbudi luhur yang tinggi, jujur dan semangat jihad yang tinggi, peradaban yang gelap terkikis dengan suatu peradaban yang maslahat. Risalahnya membuat banyak manusia sangat berarti, perbudakan, penyembahan berhala, perjudian, penguburan ank perempuan serta perbuatan bejad lainnya terkubur dengan hadirnya sebuah peradaban yang hakiki.
Kejahiliayaan mereka dalam pemberhalaan menyebabkan butanya hati dan pikiran, mereka tidak mampu menatap realitas yang jauh ke depan, yaitu setelah kematian. Mereka hidup dengan penuh kesesatan, karena menghindarkan diri dari petunjuk ketuhanan dan kerasulan, tak ada yang mereka tunggu kecuali kerusakan sebuah peradaban yang mengantarkan pada kepedihan di dunia dan akhirat.
Penulis adalah Koordinator Jiper.
SANG RASUL
(Revolusioner Moral Manusia)
Oleh: Cak Mun*
Kerusakan benar-benar telah melanda dunia menjelang diutusnya Rasulullah Saw, pada waktu itu, penglihatan, pikiran, dan perasaan manusia telah tertutup nafsu duniawi yang membabi buta. Nilai kemanusiaan telah hilang sama sekali akibat perbuatannya sendiri. Manusia dengan sengaja menjatuhkan diri kedalam kebinasaan yang kekal di akherat. Mereka menggali lubang kubur, lantas mereka memasukan anak-anak perempuan mereka. Itulah gambaran jaman jahiliyah yang pernah melanda sejarah manusia di panggung dunia ini.
Dunia barat maupun timur, terkena wabah jahiliah ini. Kerusakan terjadi bukan sekedar pada berbagai aspek kehidupan manusia, sehingga tidak mengherankan manusia satu sama lain saling memangsa. Seseorang menikmati penderitaan orang lain sudah menjadi kewajaran yang disahkan. Mereka bersenang-senang diatas dukacita orang lain. Persis tengah menikmati hiburan yang paling menyenangkan.
Sebagai contoh, lucky dalam bukunya “Sejarah Moral Eropa” menggambarkan satu segi dari kebiadaban dan kebuasaan manusia yang sulit dicari bandingannya sebagi berikut.
“Pemandangan yang sangat menyenangkan bagi penduduk Roma, yang membuat mereka terhibur (bagai terkena sihir), adalah ketika mereka menyaksikan pertarungan antara manusia dan binatang buas.
Mereka telah berdesak-desakan hingga lupa diri dan lepas kontrol, melihat secara antusias adegan perkelahian itu, hingga manusia petarung yang malang itu terkapar jatuh terkalahkan oleh binatang buas lawan tandingnya. Padahal pertarungan itu merupakan bagian dari bangsanya sendiri. Akan tetapi, secara tragis ia dijadikan hiburan disaat akhir hidupnya, tak terkecuali ketika ia tengah menghadapi pedihnya sakaratul maut tetapi menjadi “panorama indah” para penonton.
Gambaran ini hanyalah sebagian kecil saja dari apa yang banyak terjadi pada zaman-zaman kegelapan. Kalaupun masyarakat meyakini adanya titik tuhan (God Sport) yang menyebabkan seseorang bisa hidup dengan “membutuhkan tuhan”, tetapi kebutuhan tersebut tidak akan terpenuhi dan terpuaskan hanya oleh kelengkapan kepakaran manusia.
Jahiliah tidak terbatas pada zaman kerasulan ataupun sebelumya. Zaman kapan pun dikatakan sebagi jahiliah manakala meninggalkan nilai-nilai ketuhanan yang dibawa Rasulullah Saw. Sekarang ini kita bisa melihat dengan jelas dan mudah gejala-gejala yang pernah ada pada zaman jahiliah, dimasa menjelang diutusnya Muhammad Saw, Sebagi rasul. Merajalelanya kemaksiatan, membudayanya perzinaan, banyak nya perjudian, pembunuhan, memasyarakatnya minuman keras, dan berbagai penyimpangan lainnya.
Penyebaran virus jahiliiah di zaman modern menjadi lebih cepat dan meluas akibat dukungan kemajuan teknologi. Berbagai kerusakan yang terjadi pada suatu Negara, secara sangat disaksikan dan akhirnya ditiru oleh masyarakat di Negara lain. Televisi, radio, Koran, majalah, dan internet telah menjadi agen penyebaran kejahatan yang sangat efektif.
Ketika manusia meninggalkan jejak kerasulan, saat itulah mereka terjerumus kedalam penyimpangan demi penyimpangan. Semakin jauh mereka menyimpang, semakin sulit pula kembali kepada kebenaran.
Begitu mereka mendustakan Rasulullah, maka kehinaan menimpa mereka dan kerusakan yang besar akan terjadi pada peradabannya sendiri. Hal ini pernah diisyratkan sendiri oleh Rasulullah Saw. Dalam sabdanya, “Saya ini bagai seorang yang menyalakan api. Ketika api itu menerangi ruangan sekitarnya, maka serangga-serangga dan binatang melata yang berada di sekitar api tersebut terjatuh ke dalam api itu, kemudian orang tersebut berusaha menahan binatang-binatang tadi, tetapi binatang-binatang tadi malah menyerangnya, maka terjatuhlah mereka kedalamnya. Akupun demikian halnya, dimana aku berusaha untuk menahan kalian dari api neraka, tetapi kamu sekalian malah melemparkan diri kedalam api.
Dalam akhir hadis tersebut, beliau Saw. Juga bersabda, “itulah perumpamaan Saya dengan kamu sekalian, saya berupaya untuk menahan kalian agar jangan terlempar kedalam api, “Awas api! Awas api! “ tetapi kalian malah balik menyerang saya, maka akibatnya kalian terjerumus kedalam api neraka (Mutafaq alaih, diriwayatkan oleh Abu Hurairah).
Sesungguhnya manusia itu sendirilah yang memerlukan hadirnya seorang Rasul yang akan menuntun mereka ke jalan lurus, namun banyak yang tidak menyadari. Pada saat Rasul itu telah datang, tiba-tiba diantara mereka berbalik memusuhi Rasul itu. Akhirnya, Allah pun mengingatkan kita.
“Dan ingatlah akan Allah ketika dahulu (masa jahiliah) bermusuh-musuhan, maka Allah lalu menjinakan antara hatimu kemudian jadilah kamu karena ni’mat Allah orang-orang yang bersaudara, dan kamu (waktu itu) telah berada di tepi jurang neraka, lalu aku selamatkan kamu darinya (Ali Imran: 103).
Begitupula saat ini, dunia membutuhkan Rasulullah yang akan memberi bimbingan ketuhanan dalam hidup manusia. Bimbingan yang menyebabkan seluruh rongga-rongga jiwa dan pikiran manusia terpenuhi kebutuhannya. Bimbingan yang membuat teknologi hasil kemajuan pemikiran manusia bisa bermanfaat secara optimal bagi kehidupan, bukan meusak kemanusiaan. Bimbingan yang menjadikan meteri bisa membawa pada kemaslahatan, bukan kehancuran.
Manusia menghajatkan hadirnya sosok Rasulullah yang akan memberikan kepada mereka mengenai perjalanan hidup ruh manusia, dari mana ia berasal dan kemana perginya ketika telah berpisah dengan badan. Manusia memerlukan Rasul Allah yang memberitakan aturan kehidupan, apa yang dibenarkan dan apa yang tidak dibenarkan. Rasul yang menggambarkan tentang hukum ketuhanan, ketaatan akan berbalas kebaikan dan pelanggaran akan berbalas dosa. Disamping itu, Rasul Allah juga mengabarkan adanya ampunan yang disediakan secara tidak terbatas bagi hamba-Nya yang meminta.
Syaikh Abul A’la Al Maududi menggambarkan kebutuhan manusia akan Sang Rasul ini sebagai berikut, “sesungguhnya jika anda tidak mengetahui sesuatu, maka anada mencari orang yang mengetahuinya. Selanjutnya, anda mengerjakan apa yang dikatakannya dan mengikuti petunjuknya. Jika anada sakit misalnya, tidaklah anda mengobati diri sendiri, tetapi anda memeriksakan diri kepada dokter.
Semua perkara tersebut dan semacamnya akan anda ketahui dari seorang yang anda yakini kesuciannya, kejujurannya, dan takwanya dalam segala urusan hidupnya.
Kekaguman dan ketakjuban akan rasul akhir zaman ini bukan saja dari umat islam sendiri akan tetapi orang non muslim pun mengakuinya dengan rasa menakjubkan.
Namun akhir-akhir ini rasul yang diutus Allah sebagi rahmatan lil’alamin kembali mendapat hinaan dan ejekan dari orang-orang yang mencemarkan nama baik rasul, beberapa media masa telah menampilkan hinaan secara terang-terangan akan manusia yang agung ini, keagungan Rasulullah benar-benar menjadikan kita sebagai umat yang senantiasa melakukan pembelaan terhadap orang yang menghinanya., orientalis dan filosof barat sangat mengagumi akan sosok Rasulullah, yang ternyata hinaan dan celaan orang, tidak berdasarkan suatu bukti yang nyata.
Penulis adalah Koordinator Jiper
Kancah Perpolitikan NU Era Reformasi
Oleh: Cak Mun*
Mundurnya Soeharto dari kursi kekuasaan pada tahun 1998, setelah berkuasa selama kurang lebih 32 tahun, secara signifikan telah menimbulkan perubahan politik yang luar biasa. Orde baru yang dibawa Soeharto berakhir dan segera beralih ke era baru yang disebut “era reformasi”. Era ini ditandai dengan terrbukannya kebebasan berbicara, berpendapat, pers, budaya dan politik. Terbukanya kebebasan politik itu, betul-betul dinikmati rakyat yang selama hampir tiga dasawarsa pada rezim Soeharto tidak pernah terwujud.
Era ini telah membuka pintu lebar-lebar bagi lahirnya partai politik dalam jumlah yang cukup besar, baik yang berkarakter agama, netral agama atau lintas agama.
Salah satu organisasi islam yang memiliki massa yang cukup besar di Indonesia, yaitu Nahdlatul Ulama (NU), yang nampaknya tidak mau katinggalan dengan momentum yang historik dan berharga ini. Karena itulah, kalangan elite NU segera berpikir keras untuk mengambil peran dan kesempatan dalam transformasi yang kini sedang menjadi diskursus sentral di kalangan para elite politik Indonesia.
Nahdlatul Ulama dengan jumlah warga sekitar empat puluh juta orang yang merupakan organisasai sosial keagamaan (jam’iyyah diniyah) terbesar di Indonesia, bahkan mungkin di dunia. Seperti itulah pendapat Azyumardi Azra dalam mengawali tulisan pengantarnya di buku “NU Liberal”. Sungguh fantastik bukan?
Sayang, untuk tampil sebagai partai politik, sikap NU menjadi dilematis. Sebab, disatu sisi ia tetap harus menjaga paradigma khittah 1926 yang ditegaskan pada muktamar ke-27 di Sitobundo pada tahun1984, dan di sisi lain, organisasi yang memiliki massa yang besar ini, bila tidak memiliki sebuah partai politik tertentu, maka suaranya dipastikan akan menjadi rebutan partai politik yang sudah ada. Maka dari itu untuk merespon dilema-dilema tersebut, perlu di temukan jawaban-jawaban yang taktis, politis, dan strategis. Karena itulah, membentuk partai politik yang berakar dan berlatar belakang tradisi NU sebagai wadah aspirasi politik, yang menjadi kecendrungan dan pilihan sangat sulit dielakkan.
NU menyadari bahwa kebebasan yang diberikan kepada warganya untuk menyalurkan aspirasi politik mereka akan menyebabkan timbulnya kegamangan politik warga NU. Karena itu muktamar memutuskan hendaknya perbedaan pandangan politik warga NU tetap berjalan dalam suasana persaudaraan, rendah hati (tawaddhu’), dan saling menghargai satu sama lain sehingga dalam berpolitik tetap menjaga persatuan dan kesatuan di lingkungan NU.
Budaya politik (culture of politic) NU yang telah lama mengakar, memang tidak mudah dicabut dari kehidupan NU. Perubahan dari “organisasi politik” ke “non politik” memeralukan waktu dan proses yang panjang. Jika NU gagal menciptakan format baru bagi aktivitas warga dan organisasinya, bisa dipastikan kecenderungan politik NU akan kembali menguat.
Perpolitikan di Indonesia yang memasuki babak baru ini tidak hanya ditandai oleh peralihan kekuasaan dari Soeharto ke B.J. Habibie, melainkan juga munculnya berbagai macam partai Islam politik setelah pemerintahan transisi Habibie menghapus sistem tiga partai Islam yang dipaksakan oleh rezim Soeharto. Pembentukan partai-partai Islam semakin menemukan momentumnya dengan penghapusan UU organisasi massa tahun 1985 yang mewajibkan semua organisasi untuk menjadikan pancasila sebagai satu-satunya dasar ideologi.
Munculnya partai-parati politik laksana cendawan di musim hujan juga merupakan akibat dari adanya akumulasi berbagai persoalan ideologi politik bangsa yang selama hampir tiga puluh tahun diperlakukan secara diskriminatif dalam pembentukan platform politik bangsa ini.
Sehari setelah mundurnya Soeharto, PBNU mulai kebanjiran usulan dan masukan dari warga NU di seluruh pelosok Tanah Air. Berbagai cara ditempuh untuk menyampaikan usulan tersebut, ada yang melalui faksimili, telegram, surat-surat, email bahkan ada yang langsung datang ke Sekretariat Jenderal PBNU. Usulan itu bernada sama yaitu agar PBNU membantu mewujudkan adanya satu wadah untuk menyalurkan aspirasi politik warga NU. Dengan demikian, NU memutuskan untuk mendirikan sebuah partai politik yang dapat mewadahi aspirasi umatnya. Sementara di pihak lain, NU tetap berdiri dengan gerakan khittah-nya.
Runtuhnya kekuasaan rezim Orde Baru, secara signifikan telah menggeser paradigma orientasi politik para elite NU, dari orientasi cultural menjadi struktural, yang juga berimplikasi pada pergeseran makna khittah.
Fenomena pergeseran ini menjadi semakin tajam kertika tokoh sentral NU, Abdurrahman Wahid terpilih sebagai Presiden RI ke-4. tampilnya Abdurrahman Wahid, membuat posisi NU pada satu sisi memang nampak terangkat, tapi di sisi lain justru menyeret NU lebih jauh ke wilayah politik praktis dan meniggalkan paradigma sosial keagamaannya, yang selama ini menjadi fokus gerakannya.
Dalam perjalanan khittah selama 14 tahun, sejak ditetapkannya pada muktamar NU ke-27 tahun 1984 di situbondo, sampai munculnya era multi partai tahun 1998, tampaknya telah mengalami hambatan-hambatan dan godaan-godaan politik dalam mengimplementasikannya, baik hambatan dan godaan yang datang dari intra maupun dari ekstra organisasi.
Tantangan yang bersifat intra misalnya, berupa kuatnya keinginan dari kelompok politisi NU, yang tetap menyeret NU masuk ke dalam wilayah politik praktis, sedangkan tantangan yang bersifat ekstra misalnya, berupa kuatnya pengaruh dan tarikan dari lembaga partai-partai politik, agar NU dapat bergabung dan memperkuat basis massanya. Tantangan terakhir adalah terbukanya kembali kebebasan untuk berpolitik dan mendirikan partai politik, menyusul mundurnya rezim Soeharto dari kursi kekuasaannya pada bulan Mei 1998. Munculnya beragam kecenderungan dalam tubuh NU, merupakan kenyataan yang sulit dihindari, yang ternyata berpengaruh pada interpretasi dan gerakan-gerakannya dalam memaknai dan mensikapi makna khittah.
Selain itu pula dalam buku ini juga di jelaskan tentang bagaimana awal mula perpolitikan NU yang dimulai dari pertama kali bergabung dengan Masyumi sampai keluar darinya yang akhirnya membawanya menjadi sebuah partai politik. Dan yang belum diketahui banyak adalah bahwa pendiri NU KH. Hasyim Asy’ari merupakan ketua majlis syuro masyumi pada awal dekade.
Akhirnya dengan gaya bahasa yang mudah dipahami, Bahrul ‘Ulum yang merupakan seorang penulis buku tersebut mencoba mengupas lebih dalam kiprah NU di kancah perpolitikan Indonesia. dan akhirnya penulis ucapkan selamat membaca.
Penulis adalah Koordinator Jiper
Universalisme Islam Ala Gus Dur
Oleh: Cak Mun*
Berangkat dari kegelisahan, esai-esai Gus Dur yang terserak di berbagai media massa dirangkai dan disistematiskan sedemikian rupa sehingga menjadi buku Islamku, Islam Anda, Islam Kita. Judul tersebut dipilih untuk menggambarkan pengembaraan Gus Dur dari masa ke masa serta menegaskan tidak ada satu wajah Islam. Islam adalah multi wajah, wajah manusiawi. Dalam memandang Islam Gus Dur cukup menghargai dan merayakan pluraritas itu dengan tetap bersandar pada etika serta spiritualitas.
Setiap agama tak terkecuali Islam memiliki tiga komponen penting : thought (ide), action (ritus), dan fellowship (komunitas). Diantara tiga komponen tersebut mustahil untuk dapat dipisahkan. Berawal dari ide yang terdapat di dalam kitab suci, agama kemudian menghasilkan ritus dan etika yang di jadikan way of live.
Gabungan antara ide dan ritual menjadikan setiap individu mengidentifikasikan diri dan akhirnya melahirkan solidaritas dan struktur keanggotaan.
Walaupun agama Islam berasal dari ide sama, yaitu Al-Quran dan Al-Hadist, pada dataran action menghasilkan komunitas yang beragam.
Pada konteks Indonesia, bisa kita amati umat Islam terfragmentasi dalam dua kutub besar: Muhammadiyyah dan NU. Sedangkan dalam skala lebih luas terdapat aliran Mu’tazilah dan As’ariyah. Realitas itu merupakan suatu hal yang tidak bisa dihindarkan sebagai konsekuensi dari proses historisitas yang panjang dan pergulatan intelektual yang di kalangan pemikir Islam menghadapi perkembangan zaman. Sayangnya, kebanyakan umat Islam sering terjebak pada dataran ritual agama dan melupakan sisi kemanusiaannya. Mereka sering disibukkan dengan pohon sehingga kesulitan melihat hutan menyeluruh.
Semangat pembelaan atas berbagai korban itulah semangat yang diusung dalam buku ini. Gus Dur melakukan pembelaan mulai kasus si “goyang ngebor” Inul Daratista yang dikeroyok seniman Jakarta dengan alasan agama; Ulil Abshar Abdalla yang di vonis mati, juga dengan alasan agama, oleh para penentang wacana liberalisme Islam; sampai ancaman untuk menutup pesantren Al-Mukmin Ngruki, Solo oleh polisi meskipun Gus Dur sendiri tetap mengkritik Abu Bakar Ba’asyir dan pengikutnya.
Di sisi lain, dalam menyikapi hubungan agama dan Negara Gus Dur tidak mau terjebak dalam an-nushus al-muqaddasah (politisasi terhadap teks keagamaan). Atau dengan bahasa sederhana, Islam tidak mewajibkan adanya sebuah sistem Islam, tidak ada keharusan mendirikan Negara Islam. Ini penting diingat, karena sampai sekarang masih ada pihak-pihak yang ingin memasukan piagam Jakarta ke dalam UUD (hlm.7). benang merah; yang cukup urgen dari pemikran Gus Dur adalah penolakannya terhadap formalisasi, ideologisasi, dan syariatisasi Islam, sebaliknya, Gus Dur melihat bahwa kejayaan Islam justru terletak pada kemampuan agama ini untuk berkembang secara kultural.
Bila di telaah lebih mendalam, terkadang Gus Dur juga sering menggunakan argumentum ad verecundian (berargumentasi menggunakan otoritas) walaupun terkadang otoritas tersebut ambigu. Otoritas di sini tak lain ialah Alquran atau suatu peristiwa dalam sirah (sejarah) Nabi dengan tujuan membenarkan paham dan pemikirannya.
Nilai lebih Gus Dur tidak mengklaim pendapatnya itu yang paling benar dan pihak lain harus mengikuti. Orang harus bangga dengan pikiran-pikirannya sendiri yang berbeda dengan pikiran orang lain. Gus Dur menyimpulkan bahwa Islam yang dipikirkan dan dialaminya adalah Islam yang khas, yang diistilahkan dengan “Islamku”. Tetapi Gus Dur juga menyatakan. “Islamku” atau Islamnya Gus Dur perlu dilihat sebagai rentetan pengalaman pribadi yang perlu diketahui orang lain, namun tidak bisa dipaksakan.
Meskipun demikan, bagi Syafi’I Anwar, sebagi editor buku ini, Gus Dur adalah Gus Dur. Ia memang dilahirkan oleh sejarah sebagai tokoh terkemuka, tetapi ia bukan seorang wali atau figur yang can do no wrong. Ia tetap manusia biasa yang punya kelemahan dan kesalahan dalam berpikir dan bertindak. Sekalipun mungkin tidak setuju terhadap gagasan dan sepak terjang Gus Dur dalam menyikapi realitas kehidupan, kita tetap harus fair untuk menilai kontribusinya dalam pemikiran politik Islam di Indonesia.
Melalui percikan-percikan pemikiran Gus Dur yang tertuang dalam buku ini, bisa dipahami bahwa perjalanan intelektual Gus Dur lebih merupakan “proses menjadi” (process of becoming) daripada “proses adanya” (process of being). Akhirnya, selamat membaca dan menelusuri pemikiran Gus Dur, dan nilai Islam anda sendiri.
Penulis adalah Koordinator Jiper
Keabsahan Sirah Nabawi
Oleh: Cak Mun*
Buku berjudul asli Daulah Yatsrib : bashair fi A’m al-Wufud ini merupakan kajian mendalam, yang dibagi dalam dua bagian. Bagian pertama membahas dengan ketajaman mengenai wawasan-wawasan vertikal setiap delegasi yang ada (sebanyak 70 macam delegasi) dengan mendasarkan pada urutan alfabhet. Bagian kedua, membahas wawasan-wawasan horizontal. Tahun delegasi merupakan garis pemisah dalam lintasan perjalanan agama Islam sekaligus Negara Quraiys. Setelah tahun delegasi ini. Terjadilah perubahan total dalam segala aspek dan pada segala bidang yang meliputi : Al-Quran (dalam rupa tujuh huruf atau tujuh ragam bahasa kabilah), pembersihan kantong-kantong perlawanan, pengumpulan hak-hak harta, ekspansi keluar, melalui berkirim surat kepada kepala negara semenanjung Arab (menjadi indikasi pertama inklusivitas pada dunia luar); perang mu’tah, perang tabuk, dan pengiriman Usamah bin Zaid (pada usia 17 ahun) sebagai komando perang, dan mengenai mukjizat.
Fase ‘Am al-Wufud (Tahun Delegasai) yang terjadi puncaknya di tahun 9 H., saudara kandung fase A’m al-Futuh (Babad Makah), telah menjadi satu fase penting dalam perjalanan sejarah Islam, di tahun inilah banyak Delegasi kepada nabi Muhammmad dan berbondong-bondong masuk agama Islam, sehingga sermakin memperluas kekuasaan agama Islam di semananjung Arabia. Sesungguhnya fase atau faktor delegasi dan babad telah saling bercampur dan bereaksi satu sama lain layaknya unsur-unsur kimia, yang kemudian menghasilkan sesuatu yang menakjubkan. Delegasi merupakan ‘illah fa’illah (penyebab aktif) yang berhasil membuahkan babad Makah (thn 8 H) dan paska penaklukan (fath al-futuh) yang dihasilkannya, aktifitas delegasi ini terus berlanjut, bahkan semakin padat, berlipat dan mendalam. Aktivitas bahu-membahu bersama Babad Makah telah membuahkan hasil besar berupa keuntungan-keuntungan yang berpihak pada kepentingan agama yang dibangun oleh nabi Muhammad, sekaligus berpihak pada kepentingan negara yang ia bangun kontruksinya di Madinah.
Di bagian ini juga berisi kritik terhadap dua kelompok : para pseudo-Islamis, dan Pseudo progresif. Terhadap yang pertama, Khalil bermaksud membongkar hakikat sejarah yang ditutup-tutupi kalangan pseudo-Islamis, berupa penggunaan senjata pada setiap orang yang menolak memeluk agama islam dari kalangan kaum musyrikin, kafir, atau pagan di lingkup internal Semenanjung Arab. Di sini Khalil melandaskan pada teks-teks tingkat pertama, al-Quran, dan as-Sunnah, serta kitab-kitab turats monumental karya intelektual muslim yang maqamnya kredibel dan akseptabel. Menurutnya, tindakan kaum pseudo-Islamis ini sesungguhnya bertolak dari metodologi yang salah kaprah dengan menimbang kejadian-kejadian abad-abad pertengahan dengan timbangan-timbangan abad ke-21 M. (hlm. 411-412).
Sedangkan kritik terhadap pseudo-Progresif, Sayyid Quthb misalnya, berkenaan dengan bahasan mukjizat-mukjizat dan hal adikodrati (extra ordinary) yang dinafikan oleh mereka dengan pertimbangan parameter-parameter modern dan postmodern. Menurut Khalil, menafikan terjadinya mukjizat-mikjizat ini, juga menghilangkan, mengabaikan, merendahkan, dan merapuhkannya dengan alasan irrasionalitas dan ketidak logisannya, juga bertentangannya dengan hukum-hukum kosmos dan penyimpangannya dengan hukum-hukum alam, dsb., malah beretentangan sendiri dengan progresivisme, sebab tidak ada yang lebih mudah daripada penafian itu (hlm. 417).
Dalam pandangan saya, penulis buku ini telah berusaha melakukan pengkajian yang argumentatif dan objektif atas sirah Nabawi. Kajian yang obyektif ini merupakan sebuah keniscayaan tersendiri dalam rangka memahami “Islam” (sebagi agama, revolusi, Negara, sejarah dan sebagainya) secara benar dan menilainya secara tepat, juga memfikihkannya dengan model fikh yang bernuansa keadilan (kemaslahatan).
Penulis adalah Koordinator Jiper
Hikmah
Oleh : Cak Mun
Kehidupan Bernegara Yang Bermakrifat Kepada Allah
Suatu malam utusan dari Azerbaijan datang ke kota Madinah untuk menjumpai Amirul Mukminin Umar bin Khattab r.a. Namun, karena hari yang sudah larut malam, ia memutuskan untuk tidur di masjid Nabawi, agar keesokan harinya bisa segera menghadap Umar r.a. ketika hendak tidur, ia dikejutkan oleh suara tangisan di keheningan malam, memohon kepada Allah, ”Ya Tuhanku, aku sedang berdiri di depan pintu-Mu. Apakah Engkau menerima taubatku supaya aku bisa mengucap selamat kepada diriku, atau Engkau menolaknya supaya aku menyampaikan ungkapan duka cita kepada diriku”.
Utusan dari Azerbaijan tersebut tertarik dengan kalimat yang ia dengar. Perlahan ia mendekat dan betanya, ”Wahai saudaraku, jika aku boleh tahu siapakah dirimu?”
Di tengah heningnya malam orang tersebut menjawab ”Aku Umar bin Khattab.” Utusan Azerbaijan tersebut terkejut bukan kepalang. Ia tidak menyangka bahwa orang yang dijumpainya adalah Amirul Mukminin. Segera ia memperkenalkan diri kepada Umar r.a.
”Semoga Allah merahmatimu,” kata Umar r.a.
”Aku takut kalau aku tidur semalam suntuk akan menghilangkan diriku di hadapan Allah dan jika aku tidur sepanjang siang hari berarti menghilangkan diriku dihadapan rakyat.”
Seusai shalat fajar, Umar r.a. mengajak tamunya singgah di rumahnya. Ia berkata kepada istrinya, ”Wahai Ummu Kultsum, sugguhkan makanan yang ada. Kita kedatangan tamu jauh dari Azerbaijan.”
”Kita tidak mempunyai makanan, kecuali roti dan garam.” jawab istri Umar.
”Tidak mengapa,” kata Umar. Akhirnya mereka berdua makan roti dengan garam.
”Walikota Azerbaijan menyuruhku menyampaikan hadiah ini untu Amirul Mukminin,” kata utusan Azerbaijan seusai makan, sembari menunjukan sebuah bungkusan.
”bukalah bungkusan ini dan lihat apa isinya!” perintah Umar r.a.
Setelah dibuka, ternyata berisi gula-gula.” ini adalah gula-gula khusus buatan Azerbaijan,” utusan itu menjelaskan.
”Apakah semua kaum muslimin mendapatkan kiriman gula-gula ini?” tanya Umar. Utusan itu tertegun atas pertanyaan Umar, kemudian menjawab, ”Oh tidak, Baginda....gula-gula ini khusus untuk Amirul Mukminin.”
Mendengar jawaban itu, Umar tampak amat marah. Segera ia memerintahkan kepada utusan Azerbaijan untuk membawa gula-gula tersebut ke masjid dan membagi-bagikannya kepada fakir miskin.
”Barang ini haram masuk kedalam perutku, kecuali jika kaum muslimin memakannya juga,” kata Umar dengan nada agak marah. ”dan engkau cepatlah kembali ke Azerbaijan, beritahukan kepada yang mengutusmu, bahwa jika ia mengulangi ini kembali, aku akan memecat dari jabatannya!”
Kisah diatas menggambarkan betapa kesederhanaan dan kehatia-hatian Amirul Mukminin Umar bin Khattab r.a. tatkala menjadi khalifah. Ia amat takut kepada Allah, sehingga matanya tidak bisa terpejam sepanjang malam, khawatir tidak mendapatkan ampunan Allah. Di keheningan malam saat rakyatnya tidur nyenyak, ia bangun dan mendekatkan diri di masjid. Tidak ada pengawal yang menyertainya. Di rumah, tak ada makanan istimewa layaknya para penguasa dan pejabat sekarang. Istri Umar hanya memilaiki roti dan garam, makanan sehari-hari rakyat biasa. Jauh dari kemewahan dan keserbaadaan. Sebagai Khalifah dan pemimpin negara, ia tidak malu menyuguhkan makanan roti gandum kepada tamunya, sebab itulah makanan kesehariannya.
Tatkala mendapatkan hadiah khusus dari utusan Azerbaijan, ia pun mempertanyakan, ”Apakah semua kaum muslimin mendapatkan kiriman gula-gula ini?” Ini pertanyaan penting bagi Amirul Mukminin. Jika ternyata seluruh kaum muslimin menerima hadiah tersebut maka wajar jika ia menerima. Akan tetapi jika tidak, maka tidak layak bagi dirinya menerima hadiah secara sendirian.
Ternyata memang tidak. Itu adalah hadiah yang khusus diberikan kepada Amirul Mukminin. Maka ia pun menolaknya. Ia adalah pemimpin rakyat. Bagaimana ia bisa menikmati sendirian hadiah dari walikota Azerbaijan sementara rakyat yang dipimpinnya tidak mendapatkan bagian? Tidak bisa, bagi seorang Umar bin Khattab kesederhanaan dan kehatia-hatiannya melarang dari prilaku seperti itu.
Demikianlah semestinya sikap para pemimpin dan wakil rakyat kita, ia tidak boleh mencederai kepercayaan rakyatnya kepada dirinya dengan tindakan yang berkonotasi memanfaatkan jabatan untuk kepentungan pribadi. Bukankah Umar tidak akan mendapatkan hadiah khusus semacam itu jika tidak menjadi Amirul Mukminin? Kenyataannya, rakyat tidak mendapatkan hadiah seperti yang ia terima.
Sayangnya, pemimpin dan wakil rakyat kita sekarang tidak banyak mencontoh Khalifah Umar bin Khattab. Justru mereka berebut meminta hadiah dan fasilitas; mumpung masih punya jabatan untuk dimanfaatkan. Tidak malukah mereka rakyat yang dipimpin dan diwakilinya? Tidak malukah kepada Allah yang selalu mengawasi mereka?.
Coba kita perhatikan lagi kisah kenegarawan Umar bin Khattab berikut.
Pada suatu hari Umar tengah meninjau unta-unta sedekah. Diantara kerumunan unta tersebut, ia melihat ada seekor unta gemuk yang berbeda dengan unta-unta lainnya. ”Milik sipakah ini?” tanya Khalifah. ”Ini milik putramu, Abdullah,” jawab salah seorang diantara mereka.
Umar segera memanggil putranya, Abdullah, ke tempat itu. ”Berapa kau beli unta ini?” tanya Umar r.a. setelah putranya datang. Abdullah pun menyebutnya sejumlah harganya.
”Kau hanya menerima uang modalmu, kelebihannya harus diberikan kepada Baitul Mal negara, ”kata Umar r.a. Mengapa demikian, Ayah?” protes Abdullah. Ia tidak mengerti maksud keputusan tersebut.
”Orang-orang mengatakan, ini untanya putra Amirul Mukminin, maka biarkanlah makan dan minum sepuasnya. Jangan ada yang menggangu. Dengan demikian, engkau hanya berhak menerima harga pembeliannya saja, sedangkan kelebihannya diserahkan untuk Baitul Mal kaum muslimin, ”jawab Umar r.a. Mendengan penjelasan ini Abdullah bin Umar pun bisa menerima keputusannya.
Luar biasa Khalifah Umar bin Khattab dalam menjaga sensivitas rakyat kepada keluarganya. Ia melihat, di antara kerumunan unta biasa-biasa saja, terdapat seekor unta yang lebih gemuk dari yang lainnya. Ternyata itu adalah unta milik anaknya, Abdullah. Segera terbayang dibenak Umar bahwa unta Abdullah bisa gemuk karena mendapatkan perlakuan istemewa dari masyarakat.
MEMBUNUH REPUTASI BANGSA
Oleh : Cak Mun*
Sebuah kewajiban yang terlupakan
Syarat pendidikan bagi seorang presiden benar-benar telah membunuh reputasi bangsa yang selama ini menggembor-gemborkan tentang pendidikan, adanya persayaratan yang diusulkan Depdagri tentang revisi paket UU Politik atas permintaan Komisi II DPR untuk draf UU Pilpres, pro-kontra tentang usulan tersebut langsung meledak, terutama yang erat kaitannya dengan syarat pendidikan bagi seorang presiden yang minimal harus mengenyam pendidikan S-1 (Strata 1), berbagai macam aksi protes pro-kontra menjadi wajah baru bagi bangsa ini. Pasalnya pendidikan yang selama ini selalu dinomersatukan ternyata ditemukan ”borok” yang membusuk sejak beberapa tahun setelah lengsernya pemerintahan Orde Baru. Bagi seorang presiden syarat pendidikan ke level S-1 sungguh masuk akal sekali, bagaimana tidak, wong peraturan yang menunjang tingkat sosial baik menyangkut pekerjaan, status, maupun jabatan harus mengatas namakan ijazah.
Yang paling mengherankan selama ini ”borok” yang sudah membusuk benar-benar tersembunyi dibalik selubung penghianatan bangsa.
Ijazah pendidikan memang sangat menunjang sekali bagi kehidupan masyarakat kita, karena segala sesuatu hanya diukur dengan tingkat pendidikan yang dibuktikan melalui ijazah, tolok ukur sebuah Instansi, Perusahaan, maupun lembaga memang diukur dari status para pekerjanya, apakah berpendidikan rendah atau berpendidikan tinggi, karena yang demikian akan lebih mendukung legitimasi masyarakat terhadap Instansi, perusahaan, maupun lembaga tersebut.
Dalam hal syarat seorang presiden yang nota-benenya harus berpendidikan S-1, sangat wajar sekali, karena bagaimana mungkin akan menjadi seorang presiden kalau tingkat pendidikannya tidak memumpuni. Apakah tidak malu kepada rakyat yang selalu ditekan dan dieksploitasi atas nama pendidikan, malukah presiden kita kalau hanya berpendidikan rendah, sementara menteri pendidikan selalu berkoar-koar akan pentingnya mutu pendidikan. Rakyat dituntut agar berpendidikan tinggi guna menunjang masa depannya, nilai harus mencapai target UAN, dan lain sebagainya prasyaratan yang sangat merisaukan. Sementara reputasi bangsa justru harus digilas oleh para elit negara yang akan menjagokan dirinya menuju karpet merah.
Bercermin Pada Rakyat
Memang kalau anggapan yang dilontarkan para elit negara hanya pada ”Zaman Doeloe,” yang mana banyak dari pemimpin atau presiden hanya mencapi pendidikan yang tidak mencapai target S-1, bahkan banyak yang mengenyam pendidikan hanya beberapa bulan saja, namun kita lihat mutu dan kualitas mereka begitu jauh sekali dengan generasi kita sekarang, orang zaman dulu walaupun hanya mengenyam beberapa bulan saja dibangku pendidikan namun keotodidakan dan ilmu yang diperoleh justru mencukupi. Taruhlah misalnya seperti HAMKA, beliau tidak sekolah umum namun keahlian dan ilmu beliau jangan ditanya, setara dengan para profesor bahkan lebih tinggi. Itu karena beliau bersungguh-sungguh dalam membangun bangsa ini, kalau zaman kita sekarang dimana persaingan teknologi dan ilmu pengetahuan sangat ketat, sungguh mustahil kalau hanya berpendidikan rendah.
Terus apakah mereka tidak bercermin pada rakyat yang selalu ditindas akan pentingnya status sosial atas nama pendidikan, ya... coba bayangkan mau jadi guru SD ijazah harus S-1, mau jadi Bupati ijazah harus S-1, mau jadi ini-itu serba ijazah S-1, terlebih mau jadi dosen ijazah minimal S-2. nah presidenkan kepala dari seluruh elemen yang ada di bangsa ini, manamungkin kepalanya hanya berpendidikan rendah tidak sampai S-1, sungguh ini sama halnya membunuh reputasi bangsa sendiri.
Memang sangat naif budaya turun-temurun tanpa melihat dari aspek kemampuan, masyarakat kita masih tertipu akan pandangan ”nashab” ini, benar-benar bangsa bodoh, misalnya anak seorang presiden maka dia harus jadi presiden tanpa dipikirkan kemampuan dan tingkat pendidikannya, anak seorang kiai nanti pasti akan jadi kiai padahal baca kitab kuning saja masih ”Ngalor-Ngidul,” memangnya apasih tolok ukur hidup ini, secara kasar kita akan berucap ”Selamat tinggal wahai orang-orang yang dari kalangan rakyat bawah,” entah itu pintar, sekolah tinggi, maupun bertitel, kalau bukan tetekbengeknya dari keturunan darah biru dan elit bangsa ini. Naif sungguh naif. Kalau bangsa kita menjadi bangsa yang pintar berkaca pada bangsa lain maka banyak sekali ditemukan sesuatu yang selama ini memalukan bangsa ini, coba kita tengok negara lain baik yang bercorak republik maupun kerajaan. Para calon pengganti kerajaan misalnya, tetap harus berpendidikan tinggi coba tengok kerajaan Inggris, kalau tidak malu pada rakyat buat apa pangeran Charles harus banting tulang sekolah tinggi-tinggi, tapi ini sebuah reputasi bangsa Inggris yang harus selalu menjaga legitimasi kepada rakyatnya. Begitu juga negara-negara yang lain, tolong dipahami wahai para pemimpin bangsa. Sejarah kelam pernah terjadi ketika dinasti bani Umayyah, yang mana ”waris-mewaris” keturunan menjadi raja mulai berlaku, dan mungkin inilah penyebab utama berlakunya sistem turun-temurun dalam pemerintahan, yang pada akhirnya mengalami kehancuran karena dipegang oleh seorang keturunan raja yang tidak ahli dalam bernegara.
Potret Penindasan Atas Nama Ijazah
Berkali-kali alasan yang menjurus kepada mereka yang mencari status sosial yaitu ijazah, seakan-akan ijazah adalah tolok ukur kehidupan manusia, para pemersyarat ijazah seakan-akan menjadi ”jaksa masa depan bangsa,” padahal ditengok keatas baru terbongkar kalau banyak dari pemimpin dan wakil kita hanya bermodal ”dengkul,” banyak uang, punya ”backing” para elit politik tanpa harus banting tulang duduk dibangku sekolah dan kuliah, jabatan strategis negara mudah digapai dengan mudah, benar-benar penindasan. Sebaliknya kalau rakyat biasa yang memiliki ijazah yang memumpuni justru diterlantarkan, menjagi tenaga kerja, tenaga pengajar dengan gaji yang rendah serta menjadi penganguran yang meresahkan masyarakat.
Sekarang ada persayaratan yang diusulkan Depdagri tentang revisi paket UU Politik atas permintaan Komisi II DPR untuk draf UU Pilpres, bagaimana tanggapan selanjutnya? Kita tunggu saja keputusannya. Memang kalau kita tengok dari sekian para calon presiden yang akan gempur-menggempur nanti di pilpres 2009, mungkin Megawati Soekarno Putri yang tidak memenuhi syarat tersebut, kalau dari wakil rakyat mungkin tidak terhitung lagi jumlahnya, melabrak peraturan namun banyak nongkrong dikursi empuk gara-gara ”kecipratan” keturunan, sanak saudara maupun sepupu. Benar-benar sebuah kejumudan yang terus langgeng ditengah krisis kepercayaan bangsa ini.
Mbak Mega memang keturunan darah biru dari Bapak Presiden Soekarno (Allahumagfirlahu) yang bertindak sebagai presiden pertama negeri ini, namun semua jangan dipatri atas nama ”nashab,” tidak logis kalau pemimpin hanya bersandar pada keturunan saja, awas tragedi Daullah Umayyah terulang di negeri kita. Sempat nggak sempat mereka yang ingin menuju karpet merah harus selesaikan dulu apa yang namanya S-1, terserah mereka bagaimana caranya, mau dengan cara program intensif ”ngebut” biar cepet ataupun bersabar dengan semboyan ”kuliah sambil berpolitik” atau istilahnya ”pawai ala mahasiswa” terserah mereka yang penting jangan sekali-kali membuat rakyat bingung dan keblinger akibat persyaratan yang mengatasnamakan ijazah itu.
Tapi dari segala prasyaratan yang ada untuk program S-1 pihak lembaga jangan sampai membuat masalah baru, mentang-mentang calon presiden tanpa belajar serius eh... sudah nyandang S-1 dengan cara senjata jitu ”sogok,” suap-menyuap sehingga titel S-1 hanyalah titel ”obralan” yang bisa dijual belikan kapan saja. Ini harus benar-benar disadari betul oleh pihak Universitas, jangan bikin masalah baru di negeri ini semua perlakukan sama tanpa pandang bulu sedikitpun, sehingga akan tercipta bangsa yang mempunyai reputasi tinggi.
Korupsi Yang Terorganisasi
Belum lama Streotyp rakyat terhadap pemerintah ini meredah, datang masalah baru yang membingungkan rakyat, yaitu tentang adanya tunjangan laptop bagi anggota dewan kita, yang tidak sedikit, 22 juta bisa kita bayangkan, rencananya tunjangan laptop tersebut akan dialokasikan kurang lebih terhadap 550 anggota dewan kita, bisa dibayangkan berapa uang negara yang akan ditelanjangi atas nama wakil rakyat. Inilah memang politik orang-orang perusak bangsa, uang negara ditikam habis-habisan demi kepentingan yang nota benenya untuk kesenangan pribadi saja dan mengatasnamakan kepentingan sebuah organisasi negara. Tunjangan demi tunjangan yang dicairkan terhadap wakil rakyat kita membuktikan bahwa bangsa kita memang benar-benar bangsa yang ”manja dan cengeng” yang sedikit-sedikit membutuhkan fasilitas yang canggih, memangnya uang yang digunakan adalah uang nenek moyang bangsa ini, itu uang rakyat yang dihasilkan dari beberapa macam pajak yang mencekik, kenaikan BBM, listrik, transportasi, biaya pendidikan, bahkan dari biaya pelaksanaan ibadah haji, semuanya itu merupakan tipuan dari otak-otak koruptor bangsa ini, yang sangat terorganisasi dengan rapi.
Reputasi bangsa dijual seenaknya oleh para elit politik negara kita, biar rakyat menahan lapar, biar kerusuhan terus berlanjut, biar musibah terus bergantian, pengangguran merajalela, tindak pidana memasyarakat. Bagi mereka ”loe-loe gue-gue” lu mati gue kuburin, tindakan ”nafsi-nafsi” yang sangat mencekal kita ini perlu segera kita basmi. Sebenarnya bagi rakyat dalam membaca koran, majalah, menonton berita di televisi sangat membutuhkan kesabaran yang tinggi, karena ”tabir” yang berupa majalah, koran, dan televisi tak henti-hentinya menampilkan berita dan gambar-gambar yang seolah-olah menampilkan sebuah cermin kepribadian bangsa, disisi lain ada yang sedang dilanda duka, musibah, dan ujian hidup. Disisi lain pula ada yang sedang enak-enaknya menikmati hidup mewah, fasilitas mewah, perlakuan yang istimewa serta tindak pidana yang mudah terselesaikan dengan jalan buntu.
Lebih baik bangsa kita ini dijual saja pada alam, biarlah Tsunami menerjang, banjir menggenang, gunung merapi menggelegar, gempa bumi dan longsor menglepar, badai, topan, penyakit mematikan menyebar dari pada bangsa ini kehilangan reputasinya sebagai bangsa muslim yang paling dominan. Sebenarnya beberapa bulan yang lalu, musibah yang tak henti-hentinya bahkan banjir di jakarta sudah menawari tawaran yang mematikan, namun belum juga ditanggapi dengan antusias oleh koruptor-koruptor kita, ya... memang ketika banjir mengguyur, lumpur menyembur mereka menyelamatkan diri mereka sendiri terbang keluar negeri, ”jingkrak-jingkrak” di hotel berbintang dan pesta pora di tempat elit lainnya. Sasaran utamanya ya...mau tidak mau rakyat yang harus ”nalanginya” sebagai pengganti atas ulah tak bermoral mereka. Mengapa banjir, topan, flu burung bahkan hujan gunung tak menggempur mereka ketika sedang rapat di gedung mereka MPR-DPR saja, atau selalu mengintai mereka ketika hendak kemana saja, mungkin belum waktunya bagi mereka, namun kita yakin ”hukum karma” pasti akan berlaku bagi setiap manusia sebagai balasan atas apa yang ia kerjakan.
Salamun Ali Mafaz
Koordinator JIPER (Jaringan Islam Pembela Risalah)
dan Direktur MA (Manajemen Amal)
Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan Sumenep Madura.
INIKAH UANG KORUPTOR KITA?
Berpuluh-puluh bahkan berratus-ratus milyar uang negara kita dikuras habis para koruptor negeri ini, entah sampai kapan akan usai tragedi kelam bangsa ini. Catatan merah menggores pada negara ini, ditingkat dunia, level Asia, maupun level lokal bangsa kita tercatat sebagai bangsa yang banyak sekali terjadi korupsi.
Perburuan para koruptor silih berganti, setelah satu tertangkap maka hadirlah koruptor yang lainnya, seakan-akan negeri kita ini sebagai negeri penghasil koruptor.
Korupsi yang terjadi di negeri ini banyak sekali coraknya, banyak sekali acara dan cara mengatasnamakan kepentingan negara, padahal semua hanya bahasa kelabu para koruptor-koruptor bangsa ini.
Berpuluh-puluh bahkan berratus-ratus acara yang dikunjungi baik level lokal maupun nasional bahkan internasional semua menelan biaya yang berjuta-juta bahkan bermiliar-miliar, APBN telah ”diperkosa” awak-awak negara kita, dari tingkat desa, kecamatan, kabupaten, bahkan pusat pasti ada saja yang namanya korupsi. Akhir-akhir ini dengan semangatnya yang tanpa kenal lelah, pemerintah mulai memburu kembali para jagoan-jagoan KKN, dari hasil penyidikan dan penyelidikan tertangkap hanya beberapa kepala saja sisanya pada ”minggat” keluar negeri dengan gondolan uang negara yang berlimpah.
Sementara kita lihat nasib rakyat, berkali-kali dihantam musibah, kasus kelaparan, busung lapar, lapangan kerja, gaji rendah, dan problem ekonomi lainnya yang membutuhkan penyelesaian.
Ayo pak Susilo kejar dan buru lagi mereka jangan jadikan jakarta sebagai lambang para koruptor ”unjuk gigi,” tak malukah pada Monas yang berdiri tegak disana, tak malukah gedung DPR-MPR yang menjulang begitu mewah kalau hanya ditongkrongi para perusak negeri ini. Kalau bisa hukum mereka seberat mungkin, kalau bisa tembak mati atau gantung saja biar tidak muncul dan lahir keturunan mereka yang lain.
Benar-benar korupsi yang ”terorganisasi,” semua memakai data yang akurat padahal hanya kelabu dan manipulasi saja,